Senin, 16 Oktober 2017

How I Met My Husband?


Kumerayu pada Allah yang tahu isi hatiku
dimalam hening aku selalu mengadu
Tunjukan padaku…
Kuaktifkan radarku mencari sosok yang dinanti
Kuikhlaskan pengharapanku dihati
Siapa dirimu…
Dalam kesabaran kumelangkah menjemputmu
Cinta dalam hati akan aku jaga hingga
Allah persatukan kita….
Jodoh Dunia Akhirat
Namamu Rahasia
Tapi kau ada dimasa depanku
Kusebut dalam doa
Kuikhlaskan rinduku
Kita bersama melangkah ke surga, abadi…
“Bukan cinta yang memilihmu, Tapi Allah yang memilihmu…Untuk kucintai…”
Lirik lagu itu dulu jadi favorit saat penantian si pangeran 😂. Lagu yang dinyanyikan kang abay itu memberikan inspirasi dan motivasi tersendiri bagi saya dalam episode pencarian jodoh.
     Jodoh...rahasia memang, tapi ia ada di masa depan kita. Teka tekinya menyimpan cerita tersendiri bagi pelakunya. Lalu How I met my husband?😁....mungkin kalau diberi judul, judulnya 'Antara Jakarta dan Sulawesi, ada cinta yang menepi'...kenapa bisa begitu judulnya? Begini ceritanya....
    Saat itu setelah sidang skripsi, saya ikut mendaftar program pendampingan SMK dari dikti yang sekarang nama programnya sarjana mengajar. Saya mendaftar program ini untuk menggapai salah satu impian saya yaitu mengajar di daerah pelosok. Di dream board saya, saya menuliskan Papua daerah yang ingin saya tuju. Tapi ternyata Allah berkehendak lain, kala itu wilayah penempatan Papua sudah terisi oleh orang lain dan saya kebagian penempatan di Pekalongan. Tapi rasa-rasanya kok kurang menantang begitu kalau masih di area Jawa Tengah. Alhasil saya pun mencoba melobi panitianya dan alhamdulillah wilayah penempatan Sulawesi masih kosong. Saya pun tanpa pikir panjang langsung mendaftar untuk wilayah Sulawesi Tenggara tepatnya di Kolaka.
      Hari keberangkatan pun tiba. Karena saking senangnya impian bakalan terwujud, saya pun mengekspresikannya dalam tulisan di wall facebook tentang impian saya. Saat saya tiba di Kendari, saya coba buka fb daaaan saat membaca beberapa komentar, tetiba saya terhenti membaca dan dikagetkan pada satu komentar seseorang 'loohhh ini siapa kok ikut berkomentar?', tanya saya dalam hati. Baca namanya yang masih asing kala itu rasanya hati ini kok udah dag dig dug😂 dan berasa udah mengenal orang ini tapi waktu itu belum tau siapa orang itu dan kok bisa berteman di fb. Akhirnya iseng ngepoin profil...dan benar2 mencoba membuka memori tetap saja ga kenal dengan orang ini. Hari pun berlalu dengan penuh tanya..(masih penasaran ceritanya😂).
    Beberapa kali saat saya nulis status tentang impian setelah saya ke Sulawesi, selalu muncul namanya. Semakin penasaranlah daku. Lalu ku beranikan untuk bertanya, daan ternyata dia adalah teman SMK dan kerjanya temanku SMP yang kala itu saya add fbnya untuk dimasukkan ke grup alumni SMP saya (padahal ia tidak satu SMP dengan saya😂, jadinya berawal dari kesalahan berakhir pada perjodohan). Tapi memang murni saya tidak tahu kalau kala itu tepatnya tahun 2010 saat saya menjadi penitia reuni, saya mengadd orang itu (apa mungkin ini salah satu bagian dari skenarioNya😁). Dari 2010 sampai dia mengomentari statusku yang membuat aku penasaran dengan namanya di pengujung tahun 2012, tidak pernah berkomunikasi. Nah setelah berkenalan, ia sering bercerita tentang impian dan hobbinya. Kebetulan hobbinya membaca buku yang penulisnya juga menjadi penulis inspirasi saya, jadilah kami beberapa kali terlibat diskusi tentang apa yang dibaca. Belum pernah ketemu dan baru mengenalnya tapi serasa udah kenal lama dan hati berbisik, apa ini jodohku? Saat usai sholat doanya selalu 'ya Allah dekatkanlah jika ia jodohku, jagalah hati kami jika memang tidak berjodoh'.
    Singkat cerita, di ujung bulan Desember 2013 saat saya sudah balik lagi ke Solo dan ia pun balik ke Solo juga karena libur tahun baru, ia mengajak keponakannya bersilaturahmi ke rumah saya. Itu pertama kali kami bertemu dan saat itu ada bapak ibu juga. Setelah ngobrol singkat sama bapak ibu, ia pun pamit pulang. Lalu masuk di tahun 2014 tetiba adik saya menyampaikan ke bapak kalau mau menikah. Saya pun awalnya biasa-biasa saja. Karena yakin masing-masing orang sudah ada jodohnya sendiri, entah itu datangnya cepat atau lambat. Dan jika memang adik mau nikah duluan saya pun sudah berniat untuk mempersilakannya. Namun suasana menjadi berbeda saat bapak tanya 'adimu wis kepingin nikah. Pak'e pingine neg anake nikah yo urut. Kancamu kae piye? Neg serius yo kon ngajak wong tuane mrene' (adikmu sudah pingin nikah. Bapak ingin kalau anaknya nikah ya beruruta . Temanmu itu gimana? Misal serius, ya disuruh mengajak orang tuanya kesini). Gubrakkkk....deg...terdiam dan mencoba menenangkan diri dengan menarik napas panjang. Lalu saya pun mencoba menjelaskan ke bapak 'jika memang adik mau nikah ya silakan gapapa. Itu teman yang ke rumah teman biasa' (karena memang kami belum ada kesepakatan apa2 waktu itu).
     Akhirnya adik pun menikah dan kondisi hati agak terusik saat tetangga-tetangga mulai mengeluarkan suaranya dan bahkan ada beberapa orang yang menawarkan untuk menjodohkan dengan temannya. Saya pun hanya tersenyum santai menanggapinya meski dalam hati rasanya 'ya Allah...aku serasa menjadi gadis yang tidak laku2'. Tak hanya tetangga, perjodohan pun datang dari keluarga besar, teman kuliah, teman SMK tetapi saya hanya menjawabnya dengan senyum dan mengatakan insyaAllah nanti ada waktunya jodoh datang. Bukan bermaksud tidak berusaha mengikhtiarkan tetapi ada hal lain yang membuatku tak mau dijodohkan. Selain itu, saya pun harus menerima kenyataan bahwa orang yang pernah saya cintai dalam diam bertahun2 lalu yang sudah saya usahakan untuk melupakannya ternyata menikah....duuuhhh rasanya kok jadi baper ya, padahal sudah lama melupakan rasa itu. Saat itu saya membaca bukunya teh fufu elmart dan canun kamil yang judulnya 'jodoh dunia akhirat', disitu dipaparkan tahapan menjemput jodoh salah satunya adalah cleansing. Memaafkan diri sendiri dan move on dari masa lalu. Saya pun akhirnya berusaha melakukan cleansing dan alhamdulillah saat itu hati serasa tiada beban. Doapun semakin diperkuat karena tak bisa dipungkiri usia pun semakin bertambah.
    Waktu pun berjalan rasa2nya ia semakin mendekat, semakin sering berdiskusi semakin klik rasanya. Ya Allah apakah ini jawaban dari doaku, begitu gumamku dalam hati. Banyak persamaan visi dan impian...karena tak mau berlama2 dalam ketidakpastian dan takut mengotori hati akhirnya saya tanya kepadanya 'kamu yakin ga denganku? Kalau kamu yakin, kita lanjutkan, kalau tidak jagalah jarak', dia pun menjawab yakin. Padahal kala itu saya juga belum begitu mengenalnya, untuk mengetahui kesehariannya  saya bertanya pada teman SMP saya yang juga teman kerjanya dan satu kontrakan dengannya. Setelah mantap, akhirnya di bulan april 2015 ia datang melamar dan di bulan agustus 2015 kami pun dipersatukan dalam pernikahan saat usia saya 24 tahun. Ya Allah skenarioMu sungguh indah. Bak benang sulaman yang tampak kesana kemari jika diliat dari bawah tapi tampak indah jika dilihat dari atas.

Pertemuan ini menjadi suatu berarti 
Dikala diri menepi untuk warna-warna hati 
Ruang-ruang jiwa hanya untuk Maha Kuasa 
syair-syair cinta tercipta karna Dia

Kupu-kupu cinta 
terbanglah tinggi menuju jalanNya 
Hinggaplah engkau dibunga yang indah 
Terbang bersama hembus angin cinta

Ya illahi Robbi 
Tiada lain hanyalah namaMu 
Satukan Cinta ini dalam bingkai 
Untaian ridhoMu

#tantanganOktober
#rumbelmenulisiipjakarta
#rangkaikatatebarkanmakna
#lovestory
#HowImetmyhusband

Scale Up Impact

Assalamu'alaikum Ibu Pembaharu... Pekan kemarin merupakan pekan terakhir perkuliahan di bunsal. Hampir 6 bulan menjalani perkuliahan ini...