Selasa, 28 Februari 2017

Games#2 Hari#6 Tantangan 10 Hari Kuliah Bunda Sayang IIP

Assalamu'alaikum bunda pembelajar^_^
  Bagaimana punya kabar bunda? Melanjutkan tantangan hari sebelumnya tentang melatih kemandirian, di hari#6 ini selasa 28 Februari 2017 praktik kemandirian yang kami lakukan sebagai berikut.
Istri :
1. Kemandirian dalam ketrampilan hidup : memasak
    Hari ini saya memasak sop manten (bahasa di kampungku). Tetapi belum sempat di dokumentasikan.hehe
2. Kemandirian psikososial : empati, bijak dalam menentukan sikap
    Terkait kemandirian psikososial hari ini alhamdulillah berhasil. Pengambilan keputusannya berkaitan antara mau menyelesaikan tugas2 rumah atau tugas di luar rumah. Saya pun memutuskan tugas di rumah dan alhamdulillah bisa selesai.
3. Kemandirian emosional : pengendalian emosi
    Untuk kemandirian emosionalnya, hari ini berhasil.

Suami:
1. Kemandirian dalam ketrampilan hidup
       Alhamdulillah hari ini suami berhasil bangun pagi dan mencuci pakaian sendiri serta membersihkan rumah sendiri.
2. Kemandirian psikososial : empati, bijak dalam menentukan sikap
    Saat memutuskan LDM itu artinya suami sudah siap melaksanakan tugas2 rumah sendiri. Dan alhamdulillah suami berkomitmen terhadap hal itu. Tetapi perhatian tetap ia berikan meskipu  LDM. 
3. Kemandirian emosional : pengendalian emosi
    Biasanya setiap pagi saya berkirim kabar tetapi pagi ini saya terlambat berkirim kabar karena hp masih dicharge dan baru nyala sudah agak siang. Lalu saya pun langsung mengabari dan alhamdulillah suami bisa memahami, tidak marah.

Senin, 27 Februari 2017

Games#2 Hari#5 Tantangan 10 Hari Kuliah Bunda Sayang IIP

Assalamu'alaikum bunda pembelajar^_^
  Bagaimana kemandirian di dalam keluarga bunda? Kalau saya masih berkutat dengan diri sendiri bund yaitu berkaitan dengan kemandirian psikososial dab emosionak. Masih terus berusaha untuk melatih kemandirian tersebut. Melanjutkan tantangan hari sebelumnya tentang melatih kemandirian, di hari kelima ini senin 27 Februari 2017 praktik kemandirian yang kami lakukan sebagai berikut.
Istri :
1. Kemandirian dalam ketrampilan hidup : memasak
   Sama dengan di hari keempat, di hari kelima ini saya tidak membuat camilan tetapi tetap memasak untuk makan. Hari ini fokus bersih-bersih rumah dan membantu menjemur hasil panen padi yang belum kering sehingga diputuskan tidak membuat camilan.
2. Kemandirian psikososial : empati, bijak dalam menentukan sikap
    Saya sama suami mulai LDM hari ini untuk persiapan persalinan. Meskipun LDM, saya berusaha meminta ijin suami saat ada kegiatan. Dan hari ini saat saya memutuskan untuk menjenguk saudara di rumah sakit meskipun hujan gerimis dan alhamdulillahnya suami mendukung keputusanku alias memberikan ijin.
3. Kemandirian emosional : pengendalian emosi
    Untuk kemandirian emosionalnya, hari ini berhasil.

Suami:
1. Kemandirian dalam ketrampilan 
      Karena sudah mulai LDM, hari ini suami beberes rumah sendiri dan mencuci pakaian sendiri.
2. Kemandirian psikososial : empati, bijak dalam menentukan sikap
  Meskipun kondisi badannya masih kurang fit, suami masih tetap berangkat kerja. Keputusan yang diambil menurut saya keputusan yang bijak karena memprioritaskan profesionalisme kerja. 
3. Kemandirian emosional : pengendalian emosi
   Sama halnya dengan kemandirian psikososial. Di hari kelima ini suamipun berhasil dalam hal kemandirian emosional. Meskipun suami kondisi kurang fit tetapi tidak ada keluhan yang ia lontarkan.

Games#2 Hari#4 Tantangan 10 Hari Kuliah Bunda Sayang IIP

   Untuk menjaga konsistensi memang butuh komitmen. Apalagi saat ada tantangan yang harus dihadapi. Tak jarang, keluhan itu tak tertahan untuk tidak terucap. Sampai di hari keempat ini, kemandirian yang benar-benar saya kuatkan adalah kemandirian psikososial dan kemandirian emosional.
      Mohon maaf baru bisa mengepost lagi lanjutan tantangan 10 hari untuk hari keempat. Melanjutkan tantangan hari sebelumnya tentang melatih kemandirian, di hari keempat ini minggu 26 Februari 2017 praktik kemandirian yang kami lakukan sebagai berikut.
Istri :
1. Kemandirian dalam ketrampilan hidup : memasak
   Sama dengan di hari ketiga, di hari keempat ini saya tidak membuat camilan tetapi tetap memasak untuk makan. Rencana aktivitas lumayan membutuhkan waktu dan waktu terbatas karena malam harinya suami sudah harus balik ke jakarta sehingga diputuskan untuk tidak membuat camilan.
2. Kemandirian psikososial : empati, bijak dalam menentukan sikap
    Kondisi suami sebenarnya masih belum fit. Bangun tidur suhu badannya panas sekali sehingga saya kompress dengan air hangat dan membuatkan minum air hangat+madu. Alhamdulillah suhu badannya mulai turun. Karena ada aktivitas yang harus diselesaikan sama suami, rasanya saya 'memaksa' suami untuk tetap berangkat. Saya merasa keputusan saya kurang bijak. 
3. Kemandirian emosional : pengendalian emosi
    Untuk kemandirian emosionalnya, hari ini masih belum berhasil.

Suami:
1. Kemandirian dalam ketrampilan hidup
    Karena kondisi badan kurang fit, sampai hari keempat ini suami bangunnya agak belakangan.
2. Kemandirian psikososial : empati, bijak dalam menentukan sikap
     Meskipun kondisi badannya kurang fit, karena dia tau ada akrivitas yang harus kami selesaikan berdua, maka dia pun memutuskan tetap melanjutkan aktivitas yang kami rencanakan. Lagi-lagi, suami berhasil dalam kemandirian psikososial.
3. Kemandirian emosional : pengendalian emosi
   Sama halnya dengan kemandirian emosional. Di hari keempat ini suamipun berhasil dalam hal kemandirian emosional. Meskipun saya emosinya sedang naik-turun, suami tetap tenang-tenang saja.

Games#2 Hari#3 Tantangan 10 Hari Kuliah Bunda Sayang IIP


Assalamu'alaikum bunda pembelajar...^_^
Sebelumnya, saya mohon maaf baru melanjutkan tulisan hari ini karena kemaren sedang berada di rumah mertua ada beberapa kendala, salah satunya koneksi internet. Alhamdulillah hari ini sudah berada di rumah ortu saya, akhirnya bisa terkoneksi lagi dengan internet dan itu artinya bisa mengepost lagi lanjutan tantangan 10 hari. Melanjutkan tantangan hari sebelumnya tentang melatih kemandirian, di hari ketiga ini sabtu 25 Februari 2017 praktik kemandirian yang kami lakukan sebagai berikut.
Istri :
1. Kemandirian dalam ketrampilan hidup : memasak
   Hari ini saya tidak memasak karena baru sampai rumah di desa sekitar pukul 06.30 lalu istirahat sebentar sambil mengobrol dengan ortu dan setelah itu langsung ke periksa ke dokter kandungan dan sampai sore. Sore pun masih berlanjut silaturahmi ke ortu saya dan baru sampai rumah mertua sudah jam setengah 9. Walhasil untuk tantangan masak tidak terlaksana.

2. Kemandirian psikososial : empati, bijak dalam menentukan sikap
    Terkait kemandirian psikososial hari ini belum berhasil karena ternyata saat saja mengambil keputusan tentang sesuatu kurang tepat.
3. Kemandirian emosional : pengendalian emosi
    Di hari ketiga ini banyak hal yang menantang dalam hal pengendalian emosi. Alhamdulillah saya bisa melewatinya.

Suami:
1. Kemandirian dalam ketrampilan hidup
    Karena tidur di kereta jadinya tidurnya kurang nyenyak sehingga tetap bisa bangun pagi karena sebentar-sebentar terbangun.
2. Kemandirian psikososial : empati, bijak dalam menentukan sikap
     Dalam hal kemandirian psikososial, suami memang lebih matang. Di hari ketiga ini saat waktu yang tersedia terbagi-bagi dalam banyak aktivitas yang harus segera diselesaikan serta dalam kondisi yang menuntut untuk segera mengambil keputusan, suami selalu bijak mengambil keputusan.
3. Kemandirian emosional : pengendalian emosi
   Dalam kondisi yang kurang fit dan harus menghadapi saya yang hari ini agak ribet, suami tetap memberikan respon menenangkan dengan gayanya yang humoris sehingga bisa membantu saya juga dalam pengendalian emosi. Sehingga kemandirian emosional untuk hari ini berhasil.

Jumat, 24 Februari 2017

Games#2 Hari#2 Tantangan 10 Hari Kuliah Bunda Sayang IIP


Assalamu'alaikum bunda pembelajar...^_^
Melanjutkan tantangan hari sebelumnya tentang melatih kemandirian, di hari kedua ini praktik kemandirian yang kami lakukan sebagai berikut.
Istri :
1. Kemandirian dalam ketrampilan hidup : memasak
   Hari ini saya membuatkan camilan suami berupa pisang gapit. Lagi-lagi berbekal resep dari google. Alhamdulillah berhasil, dan suami suka. Dia bilang 'enak bun, bahannya apa saja?'. Hehe dalam hati rasanya senang sekali. Tersemangati untuk terus mencoba resep-resep baru.


2. Kemandirian psikososial : empati, bijak dalam menentukan sikap
    Karena hari ini kami mau mudik dan LDM sampai anak usia sekitar 6 bulan sehingga saya harus membereskan barang-barang yang sekiranya tidak diperlukan suami agar tidak terkena debu. Saya berusaha membereskan dan menyiapkan apa yang harus dibereskan dan disiapkan. Nah pada saat suami tadi menelpon dan menanyakan beberapa hal yang harus saya bereskan, alhamdulillah sudah beres semua tanpa menunggu instruksi suami.
3. Kemandirian emosional : pengendalian emosi
    LDM bagiku sangatlah berat meskipun sebelumnya juga pernah LDM. Kemaren malam saat makan malam akhirnya tangisku pun pecah saat curhat dengan suami. Tetapi hari ini meskipun berat dirasa tetapi harus dijalani. Ya inilah proses yang harus dilalui saat kami memutuskan untuk bersalin di Solo karena dekat orang tua dan suami pun pekerjaannya di Jakarta sehingga mau tidak mau harus LDM. Saat tadi suami menelepon dan menanyakan bagaimana perasaannya, saya sudah bisa menjawab dengan perasaan yang lebih tenang.

Suami:
1. Kemandirian dalam ketrampilan hidup
    Pagi tadi untuk kemandirian bangun bagi, masih belum berhasil karena tetap duluan saya yang bangun dan suami harus dibangunkan. Semoga saat nanti LDM, lebih tersemangati lagi untuk bangun pagi.
2. Kemandirian psikososial : empati, bijak dalam menentukan sikap
     Hari ini kami mudik naik kereta jam 8. Dan kami memutuskan untuk berangkat dari rumah jam setengah 6. Suami yang biasanya jam 5 baru pulang, pulang setengah jam lebih awal agar tidak ketinggalan kereta. Nah karena diperkirakan tak bisa makan malam di rumah akhirnya suami memutuskan untuk beli makan nasi kotak. Sehari sebelumnya sudah disepakati memang tidak masak tapi beli di stasiun. Dengan beberapa pertimbangan akhirnya suami pun memutuskan tidak membeli makan di stasiun dan dia membeli di rumah makan yang dilewati saat pulang. Jadi meskipun tadi saat berangkat macet tetapi tetap merasa tenang tidak terburu-buru
3. Kemandirian emosional : pengendalian emosi
   Nah saat tadi mau makan ternyata tempat duduk penuh semua. Akunya berasa pingin segera duduk karena perut kerasa agak kurang enak dan jalan sedari tadi tidak menemukan kursi kosong. Akhirnya suami pun mengajak untuk duduk dan makan di bawah pohon. Suami bilang suasana kayak gini malah romantis bunda.

Kamis, 23 Februari 2017

Games#2 Hari#1 Tantangan 10 Hari Kelas Bunda Sayang IIP

Assalamu'alaikum bunda pembelajar...
     Setelah melewati tantangan 10 hari pada materi #1 tentang komunikasi produktif dan mencoba mengaplikasikannya dalam komunikasi sehari-hari, kini pembelajaran kelas bunda sayang telah memasuki tahapan selanjutnya yaitu materi#2 yang membahas tentang kemandirian anak. Kemandirian memang sangatlah dibutuhkan oleh setiap individu karena tak selamanya semua hal yang harus dilakukan itu membutuhkan orang lain. Dalam hal ini secara spesifik adalah melatih kemandirian anak karena tidak selamanya anak bersama orang tua. Memang tak bisa dipungkiri sebagai makhluk sosial dalam beberapa hal kita tak bisa lepas dari orang lain tapi ada hal-hal yang harus kita lakukan sendiri. Oleh karena itu kemandirian perlu dilatih sejak dini agar menjadi kebiasaan sehingga anak bisa tumbuh menjadi anak yang mandiri.
       Games#2 ini tentang kemandirian anak, tetapi karena kami masih berdua (anak masih di dalam kandungan) maka fokus kami adalah mengasah kemandirian kami berdua. Setelah berdiskusi dengan suami kami memutuskan untuk fokus melatih kemandirian dalam ketrampilan hidup, kemandirian psikososial dan kemandirian emosional.
Istri :
1. Kemandirian dalam ketrampilan hidup : memasak
  Memasak memang sudah menjadi tugas bagi seorang istri. Ketika kemaren malam berdiskusi dengan suami tentang kemandirian apa yang akan dilatih, suami memilih memasak. Memasak disini yang dimaksudkan adalah berlatih menu baru sehingga ketika suami meminta membuatkan sesuatu, istri bisa membuatkan, itu artinya tidak perlu repot jajan di luar.
2. Kemandirian psikososial : empati, bijak dalam menentukan sikap
    Saya merasa kemandirian psikososial saya perlu diasah karena seringkali dalam kehidupan sehari-hari dihadapkan pada permasalahan yang membutuhkan kebijaksanaan kita dalam bersikap atau mengambil keputusan.
3. Kemandirian emosional : pengendalian emosi
    Kemandirian emosional bagi saya pun sangat penting. Terutama dalam hal pengendalian egoisme diri. Seringkali ingin dimengerti tetapi jarang mengerti orang lain. Suami selalu mengajarkan untuk menurunkan egoisme melalui pengambilan sudut pandang dari orang lain saat mau melakukan sesuatu bukan hanya karena pembenaran terhadap kemauan diri sendiri.
Suami :
1. Kemandirian dalam ketrampilan hidup
    Karena kami beberapa bulan kedepan berencana LDM (Long Distance Marriage) untuk persiapan persalinan, maka suami harus mengerjakan segala pekerjaan rumah sendiri. Mulai dari mencuci dan menyetrika pakaian, membersihkan rumah, memasak dan mencuci piring dan pekerjaan rumah lainnya. Termasuk juga bangun subuh karena selama ini suami sangatlah butuh perjuangan untuk bisa bangun subuh sendiri. Seringnya saya yang bangun terlebih dahulu sehingga saat LDM suami harus bisa bangun subuh tanpa harus dibangunkan.
2. Kemandirian psikososial : bijak dalam bersikap
3. Kemandirian emosional : pengendalian emosi

Progess hari#1
Istri:
1. Kemandirian ketrampilan hidup
    Hari ini saya menjalankan tantangan dari suami untuk memasak menu baru dan saya mencoba dari camilan sederhana. Memanfaatkan singkong yang masih ada, saya membuat misro dan capcay untuk camilan suami sepulang kerja. Berbekal resep dari google, saya pun mencoba membuatnya dan alhamdulillah suami pun suka dan menghabiskannya.

2. Kemandirian psikososial
    Tantangan kemandirian psikososial di hari ini tadi saat dihadapkan pada hal yang membuat kita membuat keputusan yang tepat atau bijak dalam bersikap yaitu berkaitan dengan paket yang tak kunjung datang. Awalnya masih menunggu dan berharap paket segera datang tetapi paket sedari jumat sampai kamis hari ini tak jua datang, karena besuk saya berencana mudik dan itu artinya di rumah tidak ada orang sehingga kalau ada yang mengantar paketan tidak ada yang menerima, akhirnya saya putuskan untuk menghubungi pengirim dan akhirnya bisa menemukan jalan keluarnya.
3. Kemandirian emosional
    Masih berkaitan dengan kemandirian psikososial, tantangan ini muncul saat pihak dari perwakilan menanyakan rumah saya. Sudah saya jawab beberapa kali tetapi saat saya jelaskan rute rumah saya yang ternyata sebenarnya dekat dengan rumahnya, dia malah menjawab dengan nada tinggi dan meminta saya saja yang ke rumahnya, Spontan saya menghela nafas. Lalu perwakilan tadi menjelaskan kalau kemaren-kemaren tidak menemukan karena tidak ada yang tahu sehingga paketnya tidak dikirimkan. Dalam hati saya kenapa tidak telpon saja ke no HP saya, padahalkan disampul paketan dicantumkan nama saya. Emosi saya pun akhirnya mulai naik dan saya pun memasrahkan ke dia maunya bagaimana. Akhirnya bapaknya pun bilang mau mengantarkan ke rumah saya, Jadi saya memang harus berusaha ekstra untuk melatih kemandirian emosional ini.

Suami :
1. Kemandirian dalam ketrampilan hidup
  Berkaitan dengan ketrampilan hidup, hari ini suami menyetrika sendiri. Masalah menyetrika ini suami memang sudah terbiasa sendiri apalagi kehamilan saya yang semakin hari semakin besar sehingga tidak kuat untuk duduk menyetrika akhirnya pekerjaan ini dihandle oleh suami.
2. Kemandirian emosional
    Saat saya bercerita tentang rasa yang kurasakan saat menjelang LDM, suami berusaha mendengarkan dan memberikan respon yang menenangkan bagi saya. Suami lebih bisa menahan emosinya alias tegar dibandingkan saya yang bercerita sampai air mata meleleh, meskipun suami juga berkata kalau ia pun merasakan hal yang sama dengan apa yang ku rasa.

Itulah beberapa progess tentang kemandirian kami hari ini. Semoga kemandirian-kemandirian ini bisa terlatih dan menjadi kebiasaan seiring berjalannya waktu. Semangat berproses ^_^

Remuse Materi dan Tanya Jawab Kelas Bunda Sayang IIP

Resume Materi dan Tanya Jawab

Pekan Ke 2 Kuliah Bunda Sayang

21 Februari 2017


Fasilitator     :
Bunda Evi Wiliyanti
Bunda Henifa Andriana

Koordinator :
Bunda Indah Puspita Sari



*Institut Ibu Profesional*
_Materi Bunda Sayang Sesi #2_

*MELATIH KEMANDIRIAN ANAK*

_Mengapa melatih kemandirian anak itu penting?_

Kemandirian anak erat kaitannya dengan rasa percaya diri. Sehingga apabila kita ingin meningktkan rasa percaya diri anak, mulailah dari meningkatkan kemandirian dirinya.

Kemandirian erat kaitannya dengan jiwa merdeka. Karena anak yang mandiri tidak akan pernah bergantung pada orang lain. Jiwa seperti inilah yang kebanyakan dimiliki oleh para enterpreneur, sehingga untuk melatih enterpreneur sejak dini bukan dengan melatih proses jual belinya terlebih dahulu, melainkan melatih kemandiriannya.

Kemandirian membuat anak-anak lebih cepat selesai dengan dirinya, sehingga ia bisa berbuat banyak untuk orang lain.

_Kapan kemandirian mulai dilatihkan ke anak-anak?_

Sejak mereka sudah tidak masuk kategori bayi lagi, baik secara usia maupun secara mental. Secara usia seseorang dikatakan bayi apabila berusia 0-12 bulan, secara mental bisa jadi pola asuh kita membiarkan anak-anak untuk selalu dianggap bayi meski usianya sudah lebih dari 12 bulan.

Bayi usia 0-12 bulan kehidupannya masih sangat tergantung pada orang lain. Sehingga apabila kita madih selalu menolong anak-anak di usia 1 th ke atas, artinya anak-anak tersebut secara usia sudah tidak bayi lagi, tetapi secara mental kita mengkerdilkannya agar tetap menjadi bayi terus.

_Apa saja tolok ukur kemandirian anak-anak?_

💮 Usia 1-3 tahun
Di tahap ini anak-anak berlatih mengontrol dirinya sendiri. Maka sudah saatnya kita melatih anak-anak untuk bisa setahap demi setahap meenyelesaikan urusan untuk dirinya sendiri.
Contoh :
✅Toilet Training
✅Makan sendiri
✅Berbicara jika memerlukan sesuatu

🔑Kunci Orangtua dalam melatih kemandirian anak-anak di usia 1-3 th  adalah sbb :

Membersamai anak-anak dalam proses latihan kemandirian, tidak membiarkannya berlatih sendiri.
Mau repot di 6 bulan pertama.

Bersabar, karena biasanya 6 bulan pertama ini orangtua mengalami tantangan yang luar biasa.

Komitmen dan konsisten dengan aturan.


Contoh:
Aturan berbicara :
Di rumah ini hanya yang berbicara baik-baik yang akan sukses mendapatkan apa yang diinginkannya.

Maka jangan pernah loloskan keinginan anak apabila mereka minta sesuatu dengan menangis dan teriak-teriak.

Aturan bermain:
Di rumah ini boleh bermain apa saja, dengan syarat kembalikan mainan yang sudaj tidak dipakai, baru ambil mainan yang lain.

Maka tempatkanlah mainan-mainan dalam tempat yang mudah di ambil anak, klasifikasikan sesuai kelompoknya. Kemudian ajarilah anak-anak, ambil mainan di tempat A, mainkan, kembalikan ke tempatnya, baru ambil mainan di tempat B. Latih terus menerus dan bermainlah bersama anak-anak, jadilah anak-anak yang menjalankan aturan tersebut, jangan berperan menjadi orangtua. Karena anak-anak akan lebih mudah mencontoh temannya. Andalah teman terbaik pertama untuknya.

💮 Anak usia 3-5 th
Anak-anak di usia ini sedang menunjukkan inisiatif besar untuk melakukan kegiatan berdasarkan keinginannya
Contoh :
✅ Anak-anak lebih suka mencontoh perilaku orang dewasa.
✅Ingin melakukan semua kegiatan yang dilakukan oleh orang dewasa di sekitarnya

🔑Kunci Orangtua dalam melatih kemandirian anak di usia 3-5 th adalah sbb :
1.  Hargai keinginan anak-anak

2.  Jangan buru-buru memberikan pertolongan
3.  Terima ketidaksempurnaan
4.  Hargai proses, jangan permasalahkan hasil
5.  Berbagi peran bersama anak
6.  Lakukan dengan proses bermain bersama anak

Contoh :
✅Apabila kita setrika baju besar, berikanlah baju kecil-kecil ke anak.
✅Apabila anda memasak, ajarkanlah ke anak-anak masakan sederhana, sehingga ia sdh bisa menyediakan sarapan untuk dirinya sendiri secara bertahap.
✅Berikanlah peran dalam menyelesaikan kegiatannya, misal manager toilet, jendral sampah dll. Dan jangan pernah ditarget apapun, dan jangan diberikan sebagai tugas dari orangtus.Mereka senang mengerjakan pekerjaannya saja itu sudah sesuatu yang luar biasa.

💮 Anak-anak usia sekolah
Apabila dari usia 1 tahun kita sudah menstimulus kemandirian anak, mka saat anak-anak memasuki usia sekolah, dia akan menjadi pembelajar mandiri. Sudah muncul internal motivation dari dalam dirinya tentang apa saja yang dia perlukan untuk dipelajari dalam kehidupan ini.

⛔Kesalahan fatal orangtua di usia ini adalah terlalu fokus di tugas-tugas sekolah anak, seperti PR sekolah,les pelajaran dll. Sehingga kemandirian anak justru kadang mengalami penurunan dibandingkan usia sebelumnya.

🔑Kunci orangtua dalam melatih kemandirian anak di usia sekolah :
1.  Jangan mudah iba dengan beban sekolah anak-anak sehingga semua tugas kemandirian justru dikerjakan oleh orangtuanya.

2.  Ijinkan anak menentukan tujuannya sendiri.

3.  Percayakan manajemen waktu yang sudah dibuat oleh anak-anak.
4.  Kenalkan kesepakatan, konsekuensi dan resiko.

Contoh :
✅Perbanyak membuat permainan yang dibuatnya sendiri ( DIY = Do It Yourself)
✅Dibuatkan kamar sendiri, karena anak-anak yang mahir mengelola kamar tidurnya, akan menjadi pijakan awal kesuksesan ia dalam mengelola rumahnya kelak ketika dewasa.

☘Ketrampilan-ketrampilan dasar yang harus dilatihakan untuk anak-anak usia sekolah ini adalah sbb:
1.  Menjaga kesehatan dan keselamatan dirinya.
2.  Ketrampilan Literasi.
3.  Mengurus diri sendiri.
4.  Berkomunikasi.
5.  Melayani.
6.  Menghasilkan makanan
7.   Perjalanan Mandiri
8.  Memakai teknologi
9.  Transaksi keuangan
10. Berkarya

💮 3Hal yang diperlukan secara mutlak di orangtua dalam melatih kemandirian anak adalah :
1.  Konsistensi
2.  Motivasi
3.  Teladan

Silakan tengok diri kita sendiri, apakah saat ini kita termasuk orangtua yang mandiri?

💮 Dukungan-dukungan untuk melatih kemandirian anak
1.  Rumah harus didesain untuk anak-anak
2.  Membuat aturan bersama anak-anak
3.  Konsisten dalam melakukan aturan
4.  Kenalkan resiko pada anak
5.  Berikan tanggung jawab sesuai usia anak

_Ingat, kita tidak akan selamanya bersama anak-anak.Maka melatih kemandirian itu adalah sebuah pilihan hidup bagi keluarga kita_

Salam,


/Tim Fasilitator Bunda Sayang/

_Sumber bacaan_:

_Institut Ibu Profesional, Bunda Sayang, antologi, gaza media, 2014_
_Septi Peni, Mendidik anak mandiri, pengalaman pribadi, wawancara_
_Aar Sumardiono, Ketrampilan dasar dalam mendidikan anak sukses dan bahagia, rumah inspirasi_



------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------


_SESI  TANYA  JAWAB_


1. Bunda Kartini

T : Anak saya usia 1,5 th,  disini              seharusnya sudah diajarkan makan sendiri. Bagaimana jika anaknya saja susah makan? Kalau tidak sambil bilang apa gitu, tidak masuk makanannya, bagaimana menyiasatinya? Kalau masalah pipis atau bab, dia baru bilang setelah terjadi, tetapi aturan saya setiap 2 jam sekali saya bawa ke kamar mandi, agar dia pipis. Apakah ini sudah termasuk melatih kemandirian anak?


J :  Iya bunda Kartini. Makan sendiri dan toilet training adalah bagian dari mengajarkan kemandirian pada anak.
Mengajarkan kemandirian memerlukan proses, mari kita dampingi.
Saya mendapatkan beberapa tips dari buku self help, halo balita, tentang melatih kemandirian makan.
1. Berikan informasi tentang makanan yang sehat dan manfaatnya bagi pertumbuhan.
2. Berikan informasi alat makan dan cara penggunaannya.
3. Ciptakan situasi makan yang menyenangkan.
4. Berikan kesempatan untuk turut serta memilih menu makanan keluarga.
5. Kalau menolak jenis makanan yang penting, sajikan makanan dalam bentuk lain.
6. Makanan disajikan semenarik mungkin.
7. Berikan kesempatan untuk makan sendiri.
8. Berikan pujian.

Kalau tentang toilet training, berdasarkan informasi yang saya dapatkan, setiap anak berbeda-beda mbak" *moment suksesnya* ", hehe..
Ada yang usia 1.5th, bisa kurang dari itu atau lebihnya. Yang penting adalah ibu berani lepas popok  dan ibu bersabar menjalani prosesnya.



2. Bunda Nasta

T :
1. Anak saya umur 4 tahun, saya sudah latih kemandirian  dengan mengembalikan mainan kalau sudah tidak dimainkan. Saya masih mengingatkan kalau melihat dia sudah ganti permainan. Kalau diingatkan kadang dia mau, kadang tidak mau mengembalikan. Disini saya suka emosi dan ujung-ujungnya jadi agak keras ke dia, bolehkan kita sedikit memaksakan anak demi menegakkan disiplin padanya?

2. Anak saya yang kedua suka berubah-ubah kemauannya, umurnya 2 tahun 8 bln. Kadang mau mandi, pas dimandiin berubah mau main aja. Jadi waktu time out saya paksa dia mandi, dengan tetap menghibur walaupun dia nangis. Bolehkah saya melakukan hal demikian? Atau membiarkan sampai dia luluh dan mau mandi atas kemauannya sendiri.


J :  Hal yang perlu kita ingat dalam melatih kemandirian adalah perlu proses, dan anak usia dini memiliki kemampuan menyerap informasi dengan kuat. Mari kita yakinkan diri kita bahwa akan ada moment wow  dari anak kita atas kesabaran kita.


Saya boleh share tulisan Abah ihsan ya ?


Agar Mandiri, Anak Butuh Pendampingan

Ihsan Baihaqi Ibnu Bukhari
@abahihsan official page fb

Mandiri itu perlu latihan. Tidak tetiba menuntut anak "sadar!" tanpa ada pembinaan. Banyak orangtua mengatakan pada saya "abahihsan gimana caranya agar anak saya melakukan  rutinitas harian tanpa harus "disuruh" atau diingatkan terus?

Atau seperti contoh pertanyaan berikut:

"Abahihsan mau tanya, Kirana 8th perempuan,  suka bohong, misalnya belum sikat gigi, bilang sudah. Belum wudhlu, bilang sudah. Belum sholat bilang sudah. Kisaran bohongnya di 3 hal itu abah, apa yang salah aplikasinya ya? Bagaimana solusinya ya abah?"

Menuntut anak sadar dengan sendirinya tanpa pembinaan dan latihan itu seperti menyuruh anak berenang nyebrang sungai yang dalam, padahal Anda sendiri tak pernah mengajarkan atau melatih mereka berenang. Seperti orangtua yang nuntut deviden padahal gak pernah memberi saham.

Semua anak, agar TERBIASA melakukan rutinitas harian itu butuh PEMBIASAAN. Pembiasaan itu membutuh bimbingan, pendampingan, butuh "investasi" waktu orangtua! Pembiasaan yang berulang akan menumbuhkan habbit dan kesadaran.

Karena eh karena parents jika Anda tidak menemani, tidak mendampingi, itu berarti Anda hanya pake remote (perintah lisan). Semua anak melakukan rutinisas itu harusnya didampingi, ditemani, diawasi.

Bahkan dalam perkara sholat sekalipun. Bukan disuruh doang pake mulut. Ketika anak dilatih sholat usia 7 tahun sampai 10 tahun, sesuai SOP Rasulullah, anak seharusnya tidak boleh dibiarkan sholat sendirian. Harus ditemani, didampingi, bahkan ketika ibunya haidh sekalipun. Bukan berarti ibunya yang haidh harus sholat, tidak. Tapi ibunya menunggu, mendampingi anak sholat, memeriksa gerakannya, bacaannya dll. Ini berarti orangtua menganggap perkara besar sampai-sampai aktivitas masak, nyuci, atau apapun dihentikkan saat anak sholat, menemani mereka.

Abah sampe kapan harus dampingi? Bukannya anak jadi tidak mandiri klo didampingi terus?

Mandiri itu gak tiba tiba bro sistah! Harus latihan. Agar anak sholat dengan baik itu tidak tiba-tiba nunggu anak sadar nduk. Ada tarhib, pembiasaan, selain targhib memotivasi. Nah pembiasaan itu membutuhkan pendampingan.

Dari balita sampe usia kira-kira 10 tahun normal didampingi. Setelah 10 barulah gak ada pendampingan pun gpp.

Demikian juga Bagaimana mungkin menuntut kesadaran doang (dibahas tuntas di PDA) untuk anak disiplin dengan sikat gigi mandi dll kalau hanya menggunakan perintah, perintah dan perintah. Kalau saya, temani semua anak, ke kamar mandi dll. Jadikan rutinitas menyenangkan... sambil becanda sikat gigi bareng dll. @abahihsan



- Berikan alternatif pilihan, misalnya mandi 5 menit lagi ya.
- Kenalkan anak pada resiko dan konsekuensi. Misalnya, Ade mandi ya, nanti ditinggal mama pergi kalau tidak mandi tepat waktu.
Catatanya adalah bedakan dengan ancaman. Gimana  caranya? Bisa kita lihat dari dari nada kita saat bicara. 🙂
- Lakukan konsekuensi atas apa yang sudah kita sepakati. Agar anak percaya apa yang kita katakan.



3. Bunda Ira

T :  Bagaimana cara toilet training untuk anak 5 dan 3 tahun? Apakah benar ada pengaruh susu formula dengan ngompol pada malam hari?


J :  Adakah ibu2 yang punya pengalaman? Silakan berbagi.
Yang saya tau, memang ada pengaruh juga dari susu formula. Sumbernya saya cari belum ketemu .

Kalau tentang toilet training, sedikit jawaban ada di pertanyaan no 1



4. Bunda Kusendra Yunika

T : Saya sudah pernah baca terkait kemandirian anak ini. Tapi suami dan keluarga besar punya pendapat yang lain. Menurut suami anak saya 4thn. Masih kecil jadi belum lulus toilet training (masih ngompol kalau m malam). Makan masih minta disuapin. Tidak  diijinkan kedapur. Kalau main tidak dirapikan juga tidak masalah. Jadi kalau saya sendiri yang menerapkan jadi berat. Bagaimana ya solusinya? Yang mana solusinya adalah merubah mindset suami dan keluarga. Apalagi ada tante yang nginep dirumah dan selalu memberikan apa yg anak saya mau.


J :  Great challenge, ini mba...
Paling tidak memang seiya sekata dengan suami. Sehingga lebih mudah nanti memberikan pengaruh kepada keluarga besar.
Bagaimana komunikasi produktif dengan pasangan? Ada di materi sebelumnya ya.. Sembari meyakinkan keluarga besar.

Yang biasanya saya ingat, anak tidak akan salah mengcopy. Keluarga besar punya pengaruh untuk memberikan copyan, tapi orang tua harus punya magnet lebih besar dibandingkan keluarga besar.


5. Bunda Sari

T :  Karena kebiasaan disuapi, maka anak saya yang pertama (4 thn 11 bln) kalau diminta makan sendiri selalu mengeluh dan sering tidak habis... bagaimana memulai untuk mengajarkan kemandiriannya, apakah dengan sedikit ketegasan? karena anak saya sudah bisa berargumen dan kadang bicara "bunda udah gak sayang lagi?" (hanya karena saya tidak menyuapinya).


J :  Pinternya lah anaknya mba sari
Jawabannya hampir sama dengan pertanyaan Sebelumnya ya mba.
Anak pasti lapar kalau tidak makan, dan orang tua harus tegas. Tapi, tentu dengan cara yang menyenangkan .



6. Bunda Aini

T : Mengajarkan kemandirian pada anak khususnya balita tidak terlepas dari melatih kedisiplinan, bagaimana caranya agar kita sebagai orang tua dapat mendisiplinkan anak sejak dini tanpa adanya keterpaksaan pada diri anak sehingga dapat memudahkan bagi si anak dalam mengajarkan kemandirian...?


J :  Memunculkan kesadaran internal dalam melakukan sesuatu adalah hal yang penting. Sehingga tidak menjadi keterpaksaan pada diri anak.
Untuk usia dini, melatih kedisiplinan tidak bisa dengan cara "militer", tapi harus dengan cara yang menyenangkan dan posisi mengajak.

Misalnya, merapikan mainan. Ibu berpura-pura menjadi semut besar, anak jadi semut kecil. Semut besar mengambil gula/mainan yang besar, semut kecil mengambil gula/mainan kecil.



7.  Bunda Leila

T : Terkait memberi contoh kemandirian ke anak, kadang saya sepulang kantor pilih quality time dengan anak, jadi piring gelas kotor bekas makan malam saya misalnya ditaruh dulu... Maunya sih nyucinya nanti setelah anak-anak tidur, tapi sering sudah diambil alih ART... Triknya gimana ya, apa kegiatan cuci piring itu juga kita masukkan ke quality time saja? Tapi karena perhatian kita ke piring dkk, kontak mata rasanya kok berkurang. Kalau yang sehari-hari banyak bersama anak, mungkin terimbangi dengan interaksi di kali lain. Sementara saya sebagai ibu bekerja, waktu untuk komunikasi dengan anak secara fokus perlu diatur dengan baik, itu juga sebagian harus berbagi dengan waktu video call-an dengan suami yang sedang tinggal beda kota. Yang sering terjadi, kalau saya ambil cucian piring gelas, ART (menginap) jadinya main sama anak...sayanya 'cemburu'  hehehe. Masih butuh manajemen waktu lebih baik sepertinya ya.


J :  Ada yang menganggap cuci baju dan setrika adalah quality time baginya, sehingga dengan meningkatkan jam terbang di ranah tersebut sekarang dia membuka jasa laundry dengan sukses.
Kalau kita review kembali materi di matrikulasi IIP, disana digambarkan bahwa pendidikan anak adalah yang pertama dan utama. Lebih baik outsourcing dalam perkara lain, dan pendidikan serta quality time anak adalah peran utama orang tua.
Bisa juga anak diajak bersama untuk cuci piring, sambil melatih kemandirian anak.
🙂


8.  Bunda Mumun

T : Anak saya Ayman 4 thn 4 bln. Kalau di sekolah bisa makan sendiri dengan  lahab. Kalau di rumah kok tidak  mau makan kalau tidak disuapin. Akhir-akhir ini malah dia susah makan. Kalaupun mau, menunya minta yang tidak ada di meja makan. Kadang minta pakai telor ceplok, trus sama kecap. sudah dibikin ternyata telornya tidak enak, ganti telor dadar saja. Kecap ya tidak enak juga lah.. Apa ada fase nya anak umur segitu suka minta  yang aneh-aneh ya? Gimana cara mensikapinya, karena Berat Badan skrg cenderung turun juga.


J :  “Fase usia 4 tahun minta aneh2", saya belum pernah baca referensi dan pengalaman tentang itu bunda.
Mungkin ibu2 yang lain ada yang pernah mendapatkan sumber tentang itu?
Yang saya pernah baca, ketika anak mengalami perubahan misal sebelumnya sudah bisa mandiri dalam hal makan dan toilet training kok tiba2 mengalami kemunduran, orang tua diminta untuk mencari penyebabnya dulu bisa jadi karena faktor fisik bisa jadi karena psikis. Faktor fisik misal sakit. Faktor psikis misal sedang mencari perhatian dari orang tua.
Setelah didiagnosa baru bisa dicari solusinya.



9.  Bunda Rita Fithradewi

T : Anak anak saya terutama yang 7 dan 5 tahun sudah bisa pakai pakaian sendiri. Ketika mereka di luar bersama ayah mereka, mereka mandiri mulai dari mandi sendiri, ambil baju dan pakai sendiri sampai makan sendiri. Tetapi bila ada saya, ceritanya berbalik. Pertanyaan: Bagaimana anak anak saya tetap bisa melakukan sendiri walaupun ada saya. Sepertinya mereka mengandalkan saya untuk hal tersebut.


J :  Apakah kejadian itu selalu atau sekali dua kali saja bunda?
Kalau cuma sekali dua kali tidak apa-apa.
Yang penting memang terus menumbuhkan motivasi internal mereka ketika melakukan kemandirian.



10.  Bunda Rimawanti

T :   Saya berusaha mengajarkan kemandirian anak sejak kecil, sesuai kemampuan anak. misal anak bungsu yang usia menjelang 3 tahun, dia sudah bisa toilet training (buka celana, buang air kecil, pakai celana lagi). namun adakalanya dia seperti ingin manja/mendapat perhatian, dengan cara BAK harus ditemani atau pun dipakaikan celana.
begitu pula dengan anak saya yang lain.

Bagaimana melihat sikap anak bahwa saat itu mereka hanya mau perhatian saja atau justru pembelajaran yang sudah dikuasai justru mengalami kemunduran?

Adakah tips untuk meningkatkan motivasi anak untuk melakukan sendiri? Apa saja batasan untuk tidak membantu melakukan pekerjaan tersebut?


J :  Sama dengan jawaban sebelumnya.
Sebenarnya anak lahir dengan fitrah. Termasuk dalam hal kemandirian. Misalnya diatas usia 3 tahun anak meniru pekerjaan orang dewasa, ingin ikut2an saat kita memasak, ikut nyuci, menyapu; mereka bangga saat bisa melakukan pekerjaan tersebut. Hanya terkadang orang tua yang seringnya terlalu khawatir atau kadang tidak tega. He..
Yang perlu kita lakukan adalah mengawasi dan mempersiapkan jika ada hal-hal  yang tidak diinginkan terjadi.
Misalnya, saat didapur menyiapkan salep dan tepung dingin.
Saat ada gelas pecah:
- pakai sandal
- ambil sapu dan cikrak (apa ya bahasa Indonesia nya, hehe)
- ambil lap basah dan lap semua serpihan kecil
- buang serpihan beserta lap2nya

Batasan untuk tidak membantu adalah saat memang di usia tersebut adalah fase perkembangannya. Contohnya seperti yang ada di materi.
Kalau ibu2 ada tambahan referensi terkait kemandirian anak dan usianya, feel free to share ya.

Kamis, 16 Februari 2017

Aliran Rasa Komunikasi Produktif Kuliah Bunda Sayang


       Ketika mendengar 'komunikasi produktif' rasanya hati langsung deg2an. Mengapa demikian? Karena bagiku inilah salah satu kunci keharmonisan dalam keluarga pun juga dalam hal berinteraksi dengan sesama. Oleh karenanya seringkali muncul istilah mulutmu harimaumu, lidah tak bertulang dsb. Semua bermuara bahwa komunikasi ptoduktif itu sangatlah penting dan berpengaruh pada hasil komunikasi.
Nah untuk bisa berkomunikasi produktif pertama butuh pemahaman terlebih dahulu tentang apa itu komunikasi produktif, hal2 apa saja yang menjadi kunci dalam berkomunikasi produktif dan lain2. Setelah itu barulah mempraktekkan sembari memperbaiki gaya komunikasi. Dari mempraktekkan ini kita bisa belajar banyak hal untuk bisa menjadi lebih baik lagi.
        Tak bisa dipungkiri memang saat mempraktekkan masih banyak hal yang harus diperbaiki tapi dari sinilah kita belajar dan akan memunculkan komitmen untuk tidak mengulang kesalahan yang sama. Lagi2 kuncinya ada pada komitmen dan konsistensi untuk terus memperbarui. Nah itu semua saya rasakan saat mengikuti kelas bunda sayang untuk materi 1 ini.
Mulai dari meluruskan pemahaman terlebih dahulu tentang komunikasi produktif, tantangan 10 harinya yang menyadarkan saya bahwa komunikasi saya masih jauh dari produktif dan terpacu untuk memperbaikinya serta review materi yang bagiku itu sangat membantu untuk merefleksi diri. Intinya materi komunikasi produktif ini sangat berarti bagi saya.
Terimakasih IIP dan tim fasil untuk ilmunya ^_^

Kamis, 02 Februari 2017

Games#1 Hari#10 Tantangan 10 Hari Bunda Sayang IIP

Hujan...
rintiknya mengalukan irama
menentramkan saat mendengarnya
kata..
kala tepat irama dan lantunnya
hatipun tenang menerima


    Bak hujan..ia begitu dinanti dan bahkan dirindu karena kebermanfaatannya, begitu pula kata yang terucap dari bibir seseorang, ia pun akan dinanti dan dirindu oleh pendengarnya kala ia mampu menghadirkan makna. Oleh karena itu komunikasi produktif sangatlah penting dalam kehidupan sehari-hari. Dari komunikasi produktif, tak hanya sekedar kata meluncur keluar tetapi makna pun tak lupa bersamanya menghadirkan getaran rasa dalam jiwa penerimanya.
    Di hari#10 dari tantangan 10 hari komunikasi produktif yang diberikan di kelas bunda sayang IIP ini, banyak hal yang telah dirasakan dari hari ke hari. Mulai dari menahan emosi, pengaturan intonasi, pemilihan diksi sampai ekspresi seringkali harus dipikirkan sebelum mulut beraksi alias bicara..hehe. Sekali lagi perubahan itu butuh proses, belajar belajar dan belajar serta terus berusaha untuk menjaga konsistensi dan komitmen untuk berubah menjadi ke arah yang lebih baik. Hal ini ku rasakan selama 10 hari mencoba menerapkan komunikasi produktif. Tantangannya benar-benar menguji konsistensi dan komitmen kita. Tak jarang masih banyak hal yang perlu dibenahi saat praktek, meskipun sudah diingat-ingat terkadang lidah kesleo lagi mengeluarkan kata yang tidak tepat dengan nada yang tidak pas pula apalagi disertai mimik muka yang dilipat-lipat jadilah sudah suasana komunikasi yang jauh dari menyenangkan. Meski demikian, harus tetap berusaha mencoba untuk memperbaiki terus, terus dan terus memperbaiki.
      Sampai di hari#10 ini saat di forum komunikasi keluarga, masih ada kata yang tidak tepat. Saat suami bertanya, 'Bunda, gambarnya bagusan yang mana?', spontan saya jawab bagus gambarnya. Diulang lagi pertanyaannya oleh suami saya. 'Bunda, gambarnya bagusan yang mana?', bagus kok ini gambarnya yah, begitu aku mengulangi jawabanku. Suami hanya menatapku dengan senyum, langsung deh diri ini tersadar..'pertanyaannya kan bagusan yang mana ya, berarti kan ada pilihannya dan aku tidak menanyakan pilihannya, begitu tanyaku dalam hati'. Akhirnya aku pun membalas dengan senyum dan menyahutnya dengan kalimat 'oh iya ayah, maaf. Bagus dengan gambar yang mana ayah?', tanyaku kembali. Suami pun berkata 'nah begitu dong, kan pertanyaan ayah bagusan yang mana berarti kan ada pilihannya bun'. Aku pun hanya senyum dan bergumam dalam hati 'waduh ini aku diujicoba sama suamiku ini dalam menerapkan komunikasi produktif', tapi tak apalah justru ini memacuku untuk terus berusaha memperbaiki diri dan belajar dari kesalahan.
     Nah begitulah sedikit pengalaman dari saya di hari#10 tantangan 10 hari komunikasi produktif. Hal yang menarik yang saya pelajari hari ini adalah tentang fokus. Fokus saat melakukan komunikasi adalah unsur yang tidak boleh dilupakan juga. Karena fokus akan menentukan respon kita juga. Ketika respon kita salah, akan berdampak pula pada respon lawan bicara setelahnya dan bisa jadi tujuan dari komunikasi yang dilakukan tidak tercapai. Fokus juga berpengaruh terhadap kata atau kalimat yang keluar dari mulut kita. Hingga terkadang terjadi, kita mikirin apa dan kita pingin ngucapin apa..eh ternyata yang terucap adalah yang kita pikirkan bukan apa yang ingin kita ucapkan. Semangat terus belajar berbenah ...^_^.
Salam pembelajar...😊
#hari10
#tantangan10hari
#komunikasiproduktif
#kuliahbunsayiip

Rabu, 01 Februari 2017

Games#1 Hari#9 Tantangan 10 Hari Kuliah Bunda Sayang IIP

Assalamu'alaikum bunda...😊
Februari sudah menyapa,
wajah-wajah bunda nampak ceria,
hati berbunga-bunga,
cinta tertebar penuh pesona ke setiap anggota keluarga,
semoga selalu begitu ya bunda.hehe


     Alhamdulillah di awal Februari ini kita masih diberi kesempatan untuk terus berbenah dan belajar menjadi lebih baik. Masih melanjutkan cerita tentang tantangan 10 hari komunikasi produktif, di hari#9 ini ada hal yang menarik dan menjadi bahan pelajaran buat saya untuk terus berproses menerapkan komunikasi produktif.
   Hari ini saya ijin tidak masuk mengajar karena ternyata kondisi badan membutuhkan istirahat sejenak untuk tidak beraktivitas di luar. Nampaknya si dedek pun peka sama bundanya yang sedang kurang fit, ia hanya bergerak lembut, tendangannya tidak begitu keras. Setelah istirahat dan minum madu, alhamdulillah kondisi sudah mulai fit kembali. Saat suami pulang, sudah bisa memasak dan menyiapkan camilan untuknya.
Saat menyambutnya dan membukakan pintu, suami langsung menyapa dedek sambil mengelus perut 'dedek gimana kabar? tadi bunda kurang fit ya dek? sekarang bunda sudah fit jadi nendang-nendang lagi yak? begitu tanyanya. Saya pun hanya senyum-senyum sendiri. Barulah suami memelukku dan mengecek suhu tubuhku, 'alhamdulillah badannya bunda sudah dingin bunda'. Kemudian suami duduk sejenak sambil makan pisang goreng yang saya sediakan dan segera mengambil air wudhu untuk sholat maghrib.
    Saat makan malam, obrolan kami lanjutkan kembali. Saya yang memulai percakapan, 'Ayah, hari ini tanggal 1 ya ayah?', tanyaku. Suamiku pun menjawab 'Iya, bunda sudah lihat belum berapa gaji bunda', nampaknya ia tahu maksudku menanyakan tanggal. Karena saya belum lihat, akhirnya kami lihat bareng-bareng dan saya tunjukkan nominal yang tertampil di layar kepada suami. Suami pun langsung mengucap syukur alhamdulillah, lantas menambahkan 'gaji bunda ditabung yak, nanti tanggal 15 ayah tambahin lagi buat di tabung. Uang belanjanya masih kan?'.
     Senang rasanya bisa membantu perekonomian keluarga meski hanya sedikit. Lebih senangnya lagi suami selalu menghargai berapapun yang saya peroleh dan tidak pernah menuntut saya. Saya bekerja pun karena keinginan saya sendiri.
     Nah hal menarik yang saya dapatkan dari komunikasi hari ini adalah tentang keterbukaan. Keterbukaan sangatlah penting untuk memelihara keharmonisan. Selain itu juga, setiap kalimat positif dan motivasi yang terlontar baik dari diri kita maupun lawan bicara kita akan mempengaruhi mood dan emosi yang bagus. Lagi-lagi pemilihan kata yang tepat sangatlah berpengaruh dalam keberhasilan komunikasi. Itulah sedikit cerita mengenai komunikasi produktif di keluarga kami di hari#9 ini. Semoga bermanfaat
#hari9
#tantangan10hari
#komunikasiproduktif
#kuliahbunsayiip

Scale Up Impact

Assalamu'alaikum Ibu Pembaharu... Pekan kemarin merupakan pekan terakhir perkuliahan di bunsal. Hampir 6 bulan menjalani perkuliahan ini...