Selasa, 31 Januari 2017

Games#1 Hari#8 Tantangan 10 Hari Kuliah Bunda Sayang IIP

Assalamu'alaikum bunda pembelajar...^_^
    Januari sudah berada di penghujung dan bersiap menyambut lembaran baru di bulan Februari, apakah sudah dipersiapkan 'nutrisi' terbaik bagi keluarga untuk bulan Februari bunda😊? Semoga senantiasa dimudahkan urusannya ya bunda..


      Persiapan memang sangat dibutuhkan, sampai muncul istilah gagal merencanakan=merencanakan kegagalan. Semoga kita termasuk ke dalam orang yang konsisten membuat perencanaan dan komitmen untuk melaksanakannya. Saya sendiri masih berusaha ekstra untuk bisa konsisten membuat perencanaan dan komimten dalam pelaksanaannya. Beberapa kali membuat rencana tetapi komitmen untuk pelaksanaannya masih harus di'gas' lagi. 
      Seperti yang saya alami hari ini. Rutinitas saya setelah dzuhur sebelum masak biasanya membaca materi ajar terlebih dahulu. Namun hari ini badan terasa butuh istirahat lebih sehingga saya pun alihkan kegiatan membaca materi ajar dengan merebahkan diri agar nanti saat mengajar, badan kembali fit. Tiba-tiba sekitar pukul 15.00 ada siswa yang menelpon dan mengharapkan saya untuk hadir lebih awal karena mau bimbingan untuk persiapanan ulangan. Lagi-lagi karena belum persiapan sebelumnya, saya pun bilang berusaha mengusahakan datang lebih awal dari biasanya dan ternyata tetap saya baru bisa sampai di tempat mengajar seperti biasanya yaitu pukul 16.00. Karena memang waktu persiapan dan perjalanan rata-rata 1 jam.
    Sesampai di tempat mengajar, langsung melayani siswa untuk bimbingan ulangan sampai bel masuk kelas. Saat masuk kelas ternyata ada kejutan lagi, siswa meminta saya mengulang materi sebelumnya yang diajarkan oleh pengajar lain karena belum selesai. Alhamdulillahnya materi ini sudah menancap kuat diingatan sehingga terbantu. Siswa pun sebagian sudah menerima materinya di sekolah, sehingga bisa saat penyampaian lebih terbantu lagi. Usai mengajar jam pertama, siswa yang meminta bimbingan tadi, meminta dilanjutkan lagi walhasil tidak sempat istirahat dan hanya istirahat sholat saja. Bel jam kedua pun berbunyi, dan...sama halnya dengan kelas pertama. Ternyata di kelas kedua pun meminta saya mengulang materi yang telah diajarkan pengajar sebelumnya karena belum paham dan saya pun menyanggupinya. Materi ini memang butuh pemahaman yang ekstra sehingga saat menyampaikan pun saya berusaha pelan-pelan, setiap selesai satu penjelasan saya menanyakan apakah siswa sudah paham. Dan responnya pun rata-rata mereka butuh pemahaman lagi, akhirnya saya pun menjelaskan lagi dengan kalimat yang mudah diserap sampai mereka paham.
     Saat diujung waktu pelajaran, siswa pun berbinar mengucapkan terimakasih sudah dibantu untuk memahami dan mereka bersemangat minta bimbingan setelah jam belajar selesai karena saking panas-panasnya memahami materinya. Saya pun mengiyakan meskipun sebenarnya raga sudah butuh istirahat. Akhirnya usai pelajaran, saya ijin sholat sebentar dan taraaa...ternyata banyak siswa yang meminta bimbingan. Saya pun berusaha menguatkan diri disisa-sisa tenaga. Lagi-lagi siswa yang meminta bimbingan, materi yang pingin dibahas adalah materi yang sama dengan yang saya ajarkan di dua kelas tadi. Itu artinya membutuhkan tenaga ekstra lagi. Wah jadi cerita saya..maaf ya bunda. Nah ada maksud mengapa saya menceritakan apa yang saya alami hari ini.
     Maksudnya adalah...cerita inilah yang menjadi pembahasan saat forum komunikasi keluarga kami. Saya bercerita ke suami tentang kejadian hari ini. Rasanya sangat ingin mengatakan "hari ini melelahkan sekali"..tetapi untungnya kalimat itu tidak sempat keluar. Saya mengatakan "ayah, hari ini luar biasa menantang dan membutuhkan tenaga ekstra..alhamdulillah akhirnya bisa meluruskan kaki". Suami pun menanggainya "kenapa bunda?", saya pun memulai ceritanya. Suami pun merespon dengan memberikan kalimat motivasi dan tidak lupa menanyakan kabar si dedek yang di perut. "Dedek gimana kabarnya bunda", tanyanya sambil mengelus si dedek di dalam perut. Saya pun menjawab "Alhamdulillah baik, sangat kooperatif sekali. Setiap bunda menjelaskan, si dedek tenang tapi saat bunda sudah selesai mengajar dedek kembali aktif". "Alhamdulillah, sehat terus ya dek, dedek anak yang sholehah, rajin ya dek", begitu sambut suami. Si dedek pun merespon dengan tendangan. Rasanya lelahpun berasa sirna.
     Hal menarik yang saya dapatkan hari ini, pertama adalah mengenai penyampaian pesan dengan kalimat yang tepat akan memunculkan respon yang tepat pula. Seringkali kita mengalami hal atau harus melakukan kegiatan di luar perencanaan kita yang membutuhkan kesiapan mental. Hal ini jika tidak kita sikapi dengan baik yang dimulai melalui komunikasi produktif dengan diri sendiri, maka tidak jarang pula membuat kita kesal, Oleh karena itu komunikasi produktif atau bisa dinamakan afirmasi positif untuk diri sendiri itu sangatlah penting untuk memunculkan good mood sehingga saat kita melakukan kegiatan pun akan terasa nyaman. Kedua, perencanaan sangatlah penting dan mempersiapkan diri menghadapi segala sesuatu di luar rencana juga penting karena hal ini akan mempengaruhi suasana hati yang akan berpengaruh pula terhadap kalimat yang terlontarkan saat kita melakukan komunikasi.
          Perubahan yang saya rasakan di hari ini adalah mulai bisa mengendalikan emosi diri sehingga bisa memunculkan kalimat-kalimat positif untuk menggantikan ungkapan negatif yang rasanya ingin diucapkan sebagai bentuk luapan rasa. Itu saja untuk hari ini, semoga bermanfaat. Salam pembelajar ^_^
#hari8
#tantangan10hari
#komunikasiproduktif
#kuliahbunsayiip

      

Senin, 30 Januari 2017

Games#1 Hari#7 Tantangan10 Hari Kuliah Bunda Sayang IIP

Assalamu'alaikum bunda pembelajar....😍. Bagaimana cuaca di rumah bunda pagi ini?
   Meskipun mungkin cuaca beraromakan rintikan hujan yang memunculkan irama syahdu dan membuat kita terbuai sehingga ingin menarik selimut lagi, semoga memacu semangat bunda untuk terus melanjutkan aktivitas lainnya. Senin bagi beberapa orang merupakan hari yang menantang karena harus mengalahkan rasa 'nyaman' saat weekends, sampai sampai untuk memotivasi ada singkatan Monday=Money Day, berharap agar kita segera bangun dan segera mempersiapkan diri untuk melakukan aktivitas produktif seperti biasanya.


     Begitupun pagi ini di keluarga kami, untuk menyemangati diri kami sempatkan mengobrol ringan dulu usai sholat subuh dan tilawah. Kebetulan suami hanya ingin sarapan jagung rebus jadi saya tidak disibukkan di dapur sehingga bisa memenuhi ajakan suami untuk mengobrol sebentar. Sembari menunggu jagung matang, saya pun segera menempatkan diri di dekat suami untuk menemani suami mengobrol.
     Suami memulai obrolan dengan menanyakan apa rencana aktivitas yang akan saya lakukan hari ini sebelum nanti berangkat mengajar. Saya pun menjelaskan rencana aktivitas yang akan saya lakukan dan suami pun dengan sendirinya menjelaskan apa saja aktivitasnya hari ini di kantor. Hal ini bagi saya sangat bermanfaat sekali untuk memunculkan rasa saling memahami dan mendukung aktivitas satu sama lain. Selain itu mengkomunikasikan di awal apa saja yang akan dilakukan bisa menjadi sarana kita mengetahui waktu yang tepat untuk menghubungi satu sama lain sehingga bisa berkomunikasi di saat yang tepat.
      Selain itu saya juga bercerita tentang materi yang saya dapatkan saat kajian hari ahad kemarin karena tadi malam belum sempat cerita dan suami masih disibukkan dengan persiapan presentasinya hari ini. Saya menjelaskan tentang 'berdamai dengan perbedaan' yang merupakan pembahasan kajian rutin yang saya hadiri kemaren. Mulai dari pemaparan ustadzah, lalu tambahan-tambahan pengalaman dari teman-teman, saya ceritakan semuanya kepada suami. Akhirnya kamipun menarik kesimpulan dan menjadi pembelajaran bagi keluarga kami.
     Hal yang menarik bagi saya saat melakukan komunikasi di hari ini adalah berkaitan dengan pemilihan kata yang tepat, sehingga apa yang saya sampaikan mudah dipahami oleh suami dan memunculkan aura positif. Misalnya saat menceritakan tentang perbedaan, saya mencoba mengganti kalimat 'perbedaan itu bisa menyebabkan perceraian' dengan kalimat 'perbedaan itu ketika bisa menyikapinya dengan baik akan menciptakan sinergi dalam keluarga kita, semakin menguatkan dan saling melengkapi'. Sehingga yang muncul di dalam pikiran, perbedaan itu baik.
      Sampai di #hari7 tantangan 10 hari komunikasi produktif, saya banyak merasakan kejutan-kejutan yang menguji konsistensi saya dalam menerapkan komunikasi produktif. Semoga perubahan-perubahan kecil yang mewarnai beberapa hari ini bisa secara konsisten saya lakukan dan bisa mewujud menjadi kebiasaan. Cukup sampai disini dulu share pengalaman komunikasi produktif keluarga kami hari ini, semoga bermanfaat. Salam pembelajar ^_^...
#hari7
#tantangan10hari
#komunikasiproduktif
#kuliahbunsayiip

Minggu, 29 Januari 2017

Games#1 Hari#6 Tantangan 10 Hari Kuliah Bunda Sayang IIP

      Ahad pagi yang sejuk dan kondisi badan yang sudah mulai fit kembali memunculkan energi untuk segera memulai aktivitas. Usai sholat subuh dan tilawah serta bercengkerama sejenak, kami memutuskan untuk jalan-jalan pagi terlebih dahulu sebelum kami beraktivitas yang lain. Setiap weekends terlebih di hari ahad, kami berusaha menyempatkan untuk jalan pagi sembari mengobrol santai dan tak lupa pula pasti kami sarapan bubur kacang hijau usai jalan. Saat jalan pun seringkali kami mengamati kondisi sekitar dan terkadang dari pengamatan itu akan muncul ide yang akhirnya menjadi bahan obrolan kami.


     Sekitar 30 menit berjalan, kami pun istirahat sebentar di kursi yang ada di taman. Di saat istirahat itu, kami mulai berbincang-bincang santai. Kali ini kami membahas tentang persiapan persalinan serta kebutuhan si dedek yang perlu dipersiapkan.
     Masing-masing dari kami mengeluarkan pendapatnya dan setelah semuanya berpendapat barulah kami mengambil kesepakatan (mencoba menerapkan FoR dan RoE kita). Di setiap pembicaraan pun masing-masing dari kami saling memperhatikan dengan tatapan mata ataupun memberikan respon.
     Di hari#6 ini hikmah yang saya dapatkan adalah saat kita dalam kondisi tenang, santai, obrolan seserius apapun bisa berjalan dengan tenang, santai dan nyaman sehingga saat mengambil keputusan pun dalam kondisi hati yang lapang. Bisa menerima pendapat orang lain dan bisa lebih mengontrol egoisme (emosi) kita. Oleh karenanya perubahan yang saya rasakan terkait komunikasi produktif hari ini adalah sikap tenang (pengendalian emosi) dan lebih memperhatikan lawan bicara. Cukup singkat untuk pengalaman penerapan komunikasi produktif hari ini, semoga bermanfaat. Bagaimana dengan komunikasi produktif di keluarga bunda? Masih berjalan dengan baik kan? Semangat menjemput perubahan ya bunda...salam pembelajar...😍
#hari6
#tantangan10hari
#komunikasiproduktif
#kuliahbunsayiip

Games#1 Hari#5 Tantangan 10 Hari Kuliah Bunda Sayang IIP

    Hallo bunda pembelajar...😍. Apa agenda keluarga bunda untuk weekends kali ini? Apapun agendanya, semoga bisa mendekatkan dan menguatkan kebersamaan antar anggota keluarga ya bun...aamiin. Melanjutkan postingan-postingan sebelumnya, postingan ini masih tentang pengalaman saya menyelesaikan tantangan 10 hari komunikasi produktif kuliah bunda sayang.
     Weekends adalah hari-hari yang ditunggu setiap pekan karena saat weekends banyak waktu untuk bisa berkumpul bersama anggota keluarga serta banyak pilihan kegiatan yang bisa dilakukan untuk menikmati moment kebersamaan bersama keluarga. Di keluarga kami sendiri, setiap weekends kami sempatkan untuk jalan santai di pagi hari sebelum melanjutkan aktivitas lainnya. Bagi keluarga kami, jalan santai selain untuk merefresh raga agar tetap fresh setelah 5 hari dikuras tenaganya, juga bisa dijadikan sarana sebagai untuk merekatkan kebersamaan antar anggota keluarga.
     Untuk hari sabtu pekan ini, karena cuaca cocok untuk beraktivitas di dalam rumah serta kondisi badan yang kurang fit, akhirnya kami memutuskan untuk tidak jalan santai. Suamipun berencana untuk pergi ke tempat kerjanya menyelesaikan pekerjaan yang harus segera diselesaikan dan saya pun meskipun awalnya hanya ingin beraktivitas di dalam rumah karena badan kurang fit, akhirnya tetap memutuskan untuk mengikuti senam hamil berharap kondisi badan bisa fresh. Setelah semuanya siap akhirnya kami berangkat bersama. Suami mengantar saya terlebih dahulu ke RSIA untuk ikut senam hamil. Setelah sampai di depan RSIA, saya masuk ke dalam dan suami pun langsung menuju kantornya.
      Saya pun jalan menuju tempat pendaftaran, dan.....ternyata senamnya libur karena tanggal merah. Benar-benar di luar dugaan karena sabtu sebelumnya tidak diinformasikan kalau libur. Hati pun rasanya kacau balau. Kenapa? karena saat itu saya terlanjur tidak bawa kunci rumah dan ruangan disitu pun gelap dan tak banyak orang sehingga tidak memungkinkan menunggu sampai dijemput suami, Akhirnya saya keluar untuk mencari tempat duduk untuk menenangkan hati, tapi ternyata tidak ada kursi. Kondisi semakin heboh saat hujan mulai turun. Sembari mencari kursi tadi, saya menelpon suami terus menerus berharap suami akan berhenti dan mengangkat telepon saya karena saya berpikir jika diangkat bisa putar balik dan belum jauh. Ternyata tidak sesuai dengan yang saya perkirakan.
      Tetes hujan semakin kerap kerapatannya sehingga aku memutuskan untuk pulang naik angkot meskipun tak bawa kunci rumah. Saat sudah didalam angkot, akhirnya suami pun menelepon karena ternyata baru sampai di tempat kerja. Saya pun langsung berbicara dengan nada yang panik dan terbawa emosi, akhirnya suami pun langsung balik pulang. Ya Rabb setelah menutup telepon, perasaan menyesal pun menggelayuti pikiranku. Harusnya aku tak panik, harusnya aku tenang jadi suamipun tenang saat perjalanan (merasakan belum bisa menerapkan komunikasi produktif). Akhirnya saya pun turun dari angkot dan menerobos hujan agar segera sampai di depan rumah. Sesampai di depan rumah pun saya berdiri ditemani rintik hujan menunggu suami (kebetulan pintu dan pagar tetangga kontrakan semua tertutup).
       Setelah 30 menit menunggu, akhirnya suami pun datang dengan senyum serta membawa air kelapa muda dan pepaya kesukaanku (Ya Rabb perasaan bersalahku semakin menjadi). Pintu pun dibukakan dan setelah suami memarkirkan sepeda motornya, saya pun langsung dipeluk (Allah...hati semakin bertambah gemuruh, berkecamuk dalam penyesalan). Saya pun dengan lirih meminta maaf. Suami hanya senyum lalu ia memberikan segelas air kelapa muda dan meminta untuk meminumnya terlebih dahulu. Kemudian ia mengajak sholat dzuhur.
       Usai sholat, seperti biasanya kami saling mencium tangan dan berpelukan. Akhirnya air mata pun tak terbendung lagi, nangis berkali-kali dipelukan suami. Saat suami mengusap air mataku dan bertanya bunda mau bilang apa, sayapun menatap wajahnya kembali tapi apadaya bibir rasanya kelu akhirnya air mata tumpah lagi dalam pelukannya sampai beberapa kali. Hingga akhirnya saya tenang dan diminta suami untuk menyampaikan apa yang sedang saya pikirkan. Saya pun meminta maaf aras kejadian tadi dan meminta maaf atas kesalahan yang telah saya perbuat selama ini.
         Forum komunikasi pun  dimulai. Suami meminta saya tenang dulu dan menarik nafas panjang. Setelah itu suami pun berbicara dengan tenang bahwa ia biasa saja tidak marah dan sudah memaafkan. Suami bilang, apa yang diucapkan seseorang itu sesuai dengan apa yang dirasakan. Oleh karenanya kalau terjadi kondisi yang seperti tadi, usahakan tenang dulu bunda agar nanti kalimat yang keluar pun menenangkan. Bayangkan jika tadi bunda tenang, entah makan dulu atau belanja apa gitu baru telepon ayah kembali trus bilang dengan tenang 'ayah, senamnya diliburkan dan bunda tidak bawa kunci rumah. Bagaimana ayah?'. Pastilah tanpa diminta ayah akan dengan tenang balik pulang ke rumah bunda. Jadi ini tantangan bunda untuk menerapkan komunikasi produktif. Berusahalah untuk membiasakan bersikap tenang ya bunda. 'Masalah itu ibarat ombak bunda, jika kita tenang maka ada saatnya ombak pun tenang. Tapi jika kita ikut arus ombak, kita pun akan terombang ambing bunda', begitu ungkap suami. Saya pun memperhatikan penjelasannya dengan menatap matanya dengan rasa syukur yang mengumpul di dalam dada karena Allah telah mengirimkan suami untukku yang begitu lembut dan selalu membimbingku dengan kesabarannya.


        Upss..jadi panjang lebar deh ceritanya, maaf ya bun. Intinya dari kejadian ini hal yang menarik bagiku adalah sikap tenang dari suami. Saya justru banyak belajar mengenai komunikasi produktif dari suami. Suami yang sudah lebih banyak menerapkan komunikasi produktif. Hal yang perlu saya ubah dalam komunikasi produktif adalah tentang pengendalian emosi. Ini benar-benar butuh tenaga ekstra, karena hari sebelumnya, tantangan yang saya hadapi dalam komunikasi produktif adalah pengendalian emosi yang berimbas pada pemilihan kata. Bismillah...kembali menguatkan komitmen untuk terus belajar memperbarui komunikasi menuju komunikasi yang produktif. Begitulah pengalamanku di #hari5 ini, semoga bunda pembelajar diberi kemudahan juga dalam menerapkan komunikasi produktif ya bunda. Salam pembelajar...😍
#hari5
#tatangan10hari
#komunikasiproduktif
#kuliahbunsayiip

Games#1 Hari#4 Tantangan 10 Hari Kuliah Bunda Sayang IIP

Apa kabar bunda profesional? Semoga sehat selalu ya bunda.

    Alhamdulillah tak terasa sudah #hari4 menyelesaikan tantangan 10 hari untuk menerapkan komunikasi produktif dari kelas bunda sayang. Banyak kejutan yang menarik untuk selalu dinikmati karena ini adalah proses untuk menjadi lebih baik. Di #hari4 ini forum komunikasi di keluarga kami masih kami lakukan di saat makan malam. Karena makan malam di saat weekdays menurut kami adalah waktu yang tepat bagi keluarga kami untuk duduk bersama, mengobrol santai sembari 'curhat'..hehe
      Di #hari4 ini suami yang memulai pembicaraan. Kebetulan saat itu kami sembari menonton debat pilkada DKI Jakarta. Pembahasan pun berkutat seputar apa yang terjadi saat debat. Kami mencoba mengambil hikmah dari pola komunikasi dari paslon. Dari setiap paslon, masing-masing memiliki gaya komunikasi sendiri dan kamipun mencoba saling mengutarakan pendapat tentang gaya komunikasi dari paslon. 
     Nah, hal yang menarik dan perlu saya garis bawahi disini adalah bukan perkara apa yang sedang kita bahas ataupun pendapat masing-masing tentang gaya komunikasi paslon, melainkan komitmen kami dalam menerapkan komunikasi produktif. Jadi, saat percakapan berlangsung, meskipun kami sedang melihat tayangan tetapi saat pasangan menjelaskan tetap menatap mata sebagai bentuk perhatian.
      Hal yang menarik kedua adalah saat pertengahan percakapan, makanan yang tersaji dipiring pun telah habis disantap. Lalu tiba-tiba suami memasukkan sisa cabe dari tahu goreng ke dalam gelas yang sudah kotor. Langsung spontan saya berucap 'ayah...jangan dibuang, cabe kan mahal. Lima ribu saja cuma dapat beberapa biji'. Setelah mengucapkan kalimat itu saya spontan langsung ambil nafas panjang, ya Allah tak seharusnya saya merespon demikian. Harusnya saya menggunakan kalimat yang lebih positif lagi. Beberapa detik kemudian, suami menanggapi respon saya, 'bunda, alangkah lebih baiknya waktu ayah mau membuang cabe tadi, bunda berucap 'ayah, dibelakang masih banyak cabenya, mau diambilkan sekalian ayah? Jadi nanti bunda bisa dapat tambahan uang belanja untuk beli cabe lagi', dengan begitu nanti ayah akan sadar sendiri bunda'. Setelah mendengar nasihat suami tadi, saya pun hanya bisa tersenyum dan terpaku sembari berkata pada diri sendiri kalau saya masih harus giat lagi berlatih dan berusaha menerapkan komunikasi produktif.
      Dari kejadian tersebut, pelajaran yang bisa saya ambil adalah pengulangan itu sangat penting. Saat melakukan perubahan memang memerlukan konsisten dan komitmen untuk mengusahakannya dan terus menyakinkan pada diri bahwa mampu melaksanakannya. Jika tidak, maka yang terjadi adalah putus ditengah jalan dan kembali pada kebiasaan lama yang akhirnya perubahan yang diimpikan pun hanya menjadi angan semata. Ini nasihat terutama buat saya pribadi dari pengalaman beberapa hari menerapkan komunikasi produktif.
#hari4
#tantangan10hari
#komunikasiproduktif
#kuliahbunsayiip

Kamis, 26 Januari 2017

Games#1 Hari#3 Tantangan 10 hari Kuliah Bunda Sayang IIP

Assalamu'alaikum bunda...salam semangat bermanfaat...😍
     Alhamdulillah, segala puji bagi Allah yang sampai hari ini masih membersamakan kita dengan orang-orang tercinta. Bagaimana dengan bunda? Keluarga sehat selalu kan bunda? Semoga semua anggota keluarga sehat selalu.
     Melanjutkan cerita games#1 tantangan 10 hari dari kuliah bunda sayang, hari ini saya berbagi pengalaman menerapkan komunikasi produktif dalam keluarga kecil kami. Masih sama dengan hari#1 dan hari#2, forum komunikasi di keluarga kami berlangsung saat makan malam. Kebetulan hari ini saya pulang awal pukul 20.00 WIB, sehingga forum komunikasi keluarga bisa dimulai lebih awal juga yaitu pukul 20.45 WIB.
      Setelah saya selesai menyiapkan makan malam, suami sudah duduk bersiap untuk makan dan saya pun duduk berhadapan untuk bersiap menyantap makan malam. Kalau hari-hari sebelumnya, suami yang banyak cerita dan saya mendengarkan, untuk hari#3 ini saya yang membuka pembicaraan dengan menceritakan pengalaman yang saya dapatkan di tempat kerja tadi yaitu mengenai proses persalinan.

               
Saya : Ayah, bunda tadi waktu di GO, ada teman yang sharing tentang proses persalinan sama bunda.
Suami : Gimana?
Saya : Begini ayah, teman saya itu sudah punya dua anak. Waktu menghadapi persalinannya terbilang lancar lho yah. Bunda dikasih tau kenapa bisa lancar, katanya sebelum lahiran harus meminta maaf dulu sama suami, ibu dan ibu mertua. Kenapa suami karena ia yang sehari-hari bersama kita tentu banyak kesalahan yang kita perbuat. Kalau ibu karena ibu yang melahirkan kita sedangkan kalau ibu mertua karena ibu mertua sudah melahirkan suami kita. Begitu ayah katanya (sambil menatap mata dan mencoba mengatur intonasi)
Suami : Oh begitu, bagus itu kalau diterapkan.
Saya : Iya ayah, pokoknya doakan bunda ya ayah semoga nanti persalinannya lancar.
Suami : Bunda harus yakin bahwa persalinan itu mudah, berpikir positif. Kalau Allah sudah menakdirkan wanita untuk hamil, pasti Allah pun sudah menakdirkan wanita untuk bisa melahirkan.
Saya : (terdiam sejenak mencoba untuk terus menata hati agara berpikir positif tentang proses persalinan)...hu'um ayah. Bunda akan berusaha berpikir positif.
dst...
       Begitulah kurang lebih percakapan pembuka forum komunikasi hari#3. Setelah percakapan usai, saya pun menanyakan ke suami mengenai pola komunikasi saya selama ini. Suami pun memberikan tanggapan kalau selama ini sudah baik tetapi ada yang harus diperbaiki dalam hal emosi. Suami bilang kalau selama ini saat ada yang tidak sreg sesuai keinginan saya, saya cenderung menjawab dengan 'ngoso' tapi tidak sampai kategori marah, begitu ungkap suami. Saya terdiam sejenak untuk mencerna pernyataan suami. Lantas saya pun bilang untuk mengusahakan akan memperbaiki.
      Nah dari obrolan di hari#3 ini hal yang menarik yang saya dapatkan adalah tentang pemberian respon yang tepat dan menjaga emosi saat berkomunikasi. Saya belajar dari suami saya saat memberikan respon dari pernyataan saya, ia selalu mengawali dengan kalimat positif meskipun akan melanjutkan dengan kalimat kritikan sehingga saya sebagai pihak yang diberi masukan pun tidak langsung kaget. Selain itu saat berkomunikasi, kita harus legowo terhadap respon apapun yang diberikan oleh lawan bicara kita. Harus tetap tenang dan menjaga emosi.
      Adapun perubahan yang saya lakukan adalah berkaitan dengan manajemen emosi. Oleh karena itu beberapa kali saat proses komunikasi terjadi, saya terdiam sejenak sebelum saya mengeluarkan kata-kata agar kata yang keluar nantinya adalah kata yang tepat dan tidak terbawa emosi.
#hari3
#tantangan10hari
#komunikasiproduktif
#kuliahbunsayiip

Rabu, 25 Januari 2017

Games#1 Hari#2 Tantangan 10 Hari Kuliah Bunda Sayang IIP

Assalamu'alaikum bunda profesional...^_^
     Nah kali ini saya ingin berbagi pengalaman saya mengaplikasikan komunikasi produktif di #hari2. Sebelum saya menuliskan cerita saya, ada kalimat yang saya kutip dari materi komunikasi produktif sebagai pemanasan awal 😊 . 
_Kata-kata membawa energi, maka pilihlah kata-kata. 
Ketika kita selalu berpikir positif, maka kata-kata yang keluar dari mulut kita juga kata-kata positif dan begitupun sebaliknya_ 

   Kalimat di atas sangat bermakna bagiku dan di #hari2 games#1, saya benar-benar merasakan efeknya. Seperti pada hari sebelumnya, saya dan suami duduk bersama dan mengobrol dengan santai saat makan malam (prinsip choose the right time). Karena bagi kami, waktu yang tepat dan nyaman untuk mengobrol adalah malam hari sepulang kerja dan pagi hari sebelum berangkat kerja.

   
       Pembicaraan malam ini dimulai oleh suami saya yang menceritakan tentang apa yang dialami hari ini. Kebetulan pembahasan malam ini tentang keluarga karena ternyata suami saat di kantor, di telepon keluarga di kampung yang mengabarkan tentang sesuatu hal. Kebiasaan suami jika tentang hal-hal yang menyangkut keluarga memang selalu bercerita ataupun meminta pendapat ke saya meskipun sebenarnya ia sudah punya keputusan dan bisa memutuskan sendiri. Alhamdulillahnya ia selalu memberikan kesempatan kepada saya untuk berpendapat dan akhirnya keputusan tak lagi menjadi keputusannya tetapi keputusan kita sehingga jika terjadi apa-apa tidak saling menyalahkan satu sama lain. Ini merupakan nikmat yang luar biasa bagiku karena Allah mengirimkan kepada saya pasangan yang bisa memahami dan menghargai keberadaan saya.
    Saya pun berusaha untuk memperhatikannya dengan menatap matanya (intensity of eye contact). Saat bercerita pun, saya perhatikan kalimat, intonasi dan gerakan tangannya suami semuanya bermain (prinsip 7-38-55). Di akhir cerita, sebelum ia memberikan kesempatan saya untuk menanggapi, ia menanyakan kepada saya terlebih dahulu apakah sudah memahami apa yang ia maksudkan (prinsip clear dan clarify).
    Sambil mendengarkan apa yang disampaikan suami, otak berasa berputar mencari kata yang tepat untuk menanggapi cerita suami saya karena setiap mau mengucapkan kata-kata teringat dengan kutipan materi yang saya tuliskan di awal. Jadi berusaha berhati-hati dalam mengeluarkan kata-kata. Akhirnya saatnya aku menanggapi cerita suami pun tiba. Saya pun berusaha menyusun kalimat yang singkat dan jelas. Alhamdulillah pembahasan pertama menemui titik terang dan menghasilkan satu keputusan.
     Selanjutnya saya menanyakan perkembangan tugas suami yang memang saya terlibat didalamnya untuk menawarkan bantuan lagi jika belum selesai, Nah pada pembahasan kedua ini sempat terjadi miss komunikasi karena maksud apa yang disampaikan suami dengan apa yang saya pahami berbeda. Saat itu saya menanyakan 'Bagaimana pengelompokkan bukunya, sudah sampai kategori apa?', dijawab oleh suami 'sudah sampai kategori leadership'. Saya melanjutkan pertanyaan lagi 'Alhamdulillah kalau begitu, berarti lebih mudah kan dengan cara yang baru?'. Suami pun menjawab, 'lebih mudah karena bukunya lebih sedikit'. Nah yang saya tangkap dari jawaban suami ini adalah memang kategori setelah leadership jumlah bukunya hanya sedikit sehingga mudah ditemukan di rak. Ternyata yang dimaksudkan suami saya, lebih sedikit bukunya bukan karena kategori leadership dan seterusnya memang lebih sedikit bukunya tetapi secara keseluruhan jumlah buku yang belum dikategorikan tinggal sedikit karena banyak buku yang sudah ditata sesuai dengan kategorinya.
    Dari penerapan komunikasi di #hari2, ada beberapa hal yang saya pelajari. Pertama saat berkomunikasi kita harus bersabar menunggu lawan bicara kita selesai menyampaikan pesannya, meskipun saat di tengah-tengah ia menyampaikan, kita sudah tahu kesimpulan akhirnya. Biarkan lawan bicara kita tetap menyelesaikannya sampai kalimat terakhir. Ini menjadi catatan penting bagi saya karena seringkali saya menanggapi pesan yang disampaikan oleh suami saya saat sudah menemukan kesimpulan dari pesan yang disampaikan walaupun belum selesai dan seringkali hal ini membuat suami merasa kecewa meskipun terkadang kesimpulannya benar tetapi tak jarang pula kesimpulan yang saya tangkap dari pesannya berbeda dengan kesimpulan yang ia maksudkan sehingga hal ini akan memunculkan kesalahpahaman yang akhirnya akan meninggikan intonasi suara saat menjawab dan membuat ekspresi wajah kucel seperti kertas di remas-remas 😌.  Nah pada malam hari ini, sebelum suami bercerita, ia mengingatkanku agar mendengarkan dulu sampai ia selesai bercerita, baru setelah ia selesai nanti akan diberi kesempatan untuk memberikan tanggapan. Saat suami berkata demikian, jlebb rasanya. Benar-benar catatan penting bagi saya πŸ˜„. 
      Kedua, saya belajar tentang bagaimana kita berupaya untuk menyingkirkan egois saat kita berkomunikasi dan kita harus bertanggungjawab terhadap pernyataan yang kita sampaikan (Prinsip I'm responsible for my communication result). Seperti yang disampaikan pada materi komunikasi produktif, bahwa dalam berkomunikasi, bukan lagi berkutat pada pendapatku atau pendapatmu tetapi pendapat kita. Sehingga perasaan merasa benar dan kecenderungan untuk meninggikan intonasi suara saat terjadi ketidaksamaan persepsi bisa diminimalisir. Pelajaran kedua ini saya dapatkan saat terjadi ketidaksamaan persepsi pada pembahasan kedua obrolan saya dengan suami.
     Ketiga, pemilihan diksi yang tepat (kata-kata positif). Pelajaran ini saya dapatkan saat percakapan telah usai, suami melontarkan pertanyaan 'piringnya mau dicuci sekarang atau malam ini?' (karena obrolan terjadi saat makan malam). Pertanyaan ini membuatku mringis setelah mendengarnya..hehe. Karena secara tidak langsung dari pertanyaan ini sebenarnya meminta saya untuk segera mencuci piring. Tetapi dengan pertanyaan seperti ini, saya tidak merasa diperintah meskipun dilihat dari pilihannya ya harus segera dicuci. Nah itulah warna warni penyelesaian games#1 #hari2 di keluarga kami. Semoga tetap konsisten dan terpacu untuk terus memperbaiki pola komunikasi agar komunikasi produktif. Have a nice day bunda....salam semangat ^_^
#hari2
#tantangan10hari
#komunikasiproduktif
#kuliahbunsayiip



Games#1 Hari#1 Tantangan 10 Hari Kuliah Bunda Sayang IIP

    Setelah selasa pagi peserta diberitahu tentang games#1 bunda sayang yang berkaitan dengan komunikasi produktif, peserta pun dipersilahkan untuk mengeksekusi games ini dalam waktu 10 hari di mulai pada hari selasa 24 Januari 2017. Dan...akhirnya saya pun bersiap menjalankan games ini sekaligus mengaplikasikan materi tentang komunikasi produktif.

    Team keluarga kami, kami beri nama 'semangat action team', berharap agar setiap anggota keluarga selalu bersemangat untuk action kegiatan-kegiatan yang disepakati dalam keluarga. Sejak  mengikuti kelas di Institut Ibu Profesional, suami sangat mendukung sekali. Dukungan itu salah satunya ketika setiap ada materi dari kelas IIP baik itu matrikulasi maupun yang saat ini sedang saya ikuti adalah bunda sayang, kami berusaha mendiskusikan materi yang saya peroleh saat mengikuti perkuliahan. Termasuk juga saat menyelesaikan tantangan-tantangan yang diberikan setelah materi selesai. Suami pun selalu ikut aktif dalam menyelesaikannya. 
     Nah begitu pula games tantangan 10 hari yang diberikan di kelas bunda sayang untuk sesi pertama ini, setelah fasilitator menginformasikan tentang games yang harus diselesaikan oleh peserta, saya pun langsung mengirimkan informasi itu ke grup keluarga. Malamnya pun kami berusaha menyelesaikan tantangan  dihari pertama.
     Saat ini, anggota keluarga kecil kami baru berdua dan insyaAllah sebentar lagi keluarga kami akan menyambut kehadiran anggota baru. Oleh karenanya untuk games#1 ini, kami baru bisa menerapkan komunikasi terhadap pasangan. Di hari pertama ini kami memulainya saat makan malam karena quality time di keluarga kami saat makan malam dan saat pagi hari usai sholat subuh. Karena suami bekerja mulai pukul 07.00 sampai 18.00, sedangkan saya dari 15.00 sampai 20.30. Kami pun baru duduk bersama, ngobrol santai sambil makan malam sekitar pukul 21.00.
     Di #hari1 dari #tantangan10 hari, saya memulai obrolan dengan menanyakan perasaan suami hari ini. Kalimat pertanyaan yang saya lontarkan pun saya coba susun dengan menggunakan kata-kata yang memancing suami untuk bercerita (menerapkan prinsip 7-38-55). Akhirnya suami pun bercerita banyak tentang apa saja yang dialaminya hari ini terutama di tempat kerjanya. Dia bercerita tentang mutasi yang ada di kantornya. Selama suami bercerita, meskipun sedang dalam kondisi makan, saya berusaha memperhatikannya dengan mengunyah makanan sambil menatap matanya (menerapkan prinsip eye contact) dan dengan sesekali melontarkan pertanyaan sebagai tanggapan dari apa yang diceritakan suami.
    Obrolan pun berlanjut membahas tentang pendidikan anak karena sebelumnya suami mengikuti seminar tentang pendidikan anak dengan pembicaranya ibu Najeela Shihab. Saya perhatikan, suamipun berusaha menerapkan prinsip komunikasi produktif, dilihat dari pemilihan kata serta intonasi dari setiap kalimat yang diucapkan (sebelumnya saya juga sudah mengirimkan materi komunikasi produktif ke grup keluarga sehingga suami sudah membaca prinsip komunikasi produktif). Setiap saya berbicara pun, suami memandang mata saya (prinsip eye contact). Obrolan pun berjalan dengan hangat dan banyak ilmu yang saya dapatkan dari pemaparan suami serta menghasilkan beberapa kesepakatan saat pengasuhan anak kami kelak. Salah satu kesepakatan yang kami buat adalah saat anak bersalah, kami sepakat untuk tidak langsung meminta anak untuk meminta maaf karena maaf merupakan akhir dari proses bertanggungjawab atas kesalahan. Jadi kami bersepakat untuk mengedukasi anak agar bertanggungjawab terlebih dahulu atas kesalahannya baru meminta maaf. Tujuannya selain melatih anak bertanggungjawab, juga melatih anak untuk tidak meremehkan kata 'maaf' serta masih ada beberapa kesepakatan lain terkait dengan pendidikan anak.
    Malam pun semakin larut, dan jarum jam tepat di angka 11 dan 12 artinya saatnya kami untuk mengistirahatkan diri. Di #hari 1 ini saya merasakan the power of komunikasi produktif. Rasanya harus berpikir dua kali ketika mau melontarkan kata-kata agar yang keluar adalah kata-kata positif (karena masih berusaha untuk menggunakan kata-kata yang tepat) dan ketika tanpa disengaja keluar kata-kata yang tidak pas, hati rasanya kecewa dengan diri sendiri. Selain itu saya juga merasakan kedekatan hati saat eye contact dan emosi terjaga saat menerapkan 7-38-55). Itulah hasil penerapan komunikasi produktif di keluarga kecil kami. Semoga komunikasi produktif bisa secara konsisten kami terapkan dalam aktivitas sehari-hari. Terimakasih ibu profesional ^_^
#hari1
#tantangan10hari
#komunikasiproduktif
#kuliahbunsayiip

Selasa, 24 Januari 2017

Bunda Sayang Sesi #1




 Alhamdulillah setelah melewati pembelajaran di kelas matrikulasi, akhirnya sampai juga pada tahap selanjutnya yaitu bunda sayang. Untuk tahapan bunda sayang, pembelajaran akan dilaksanakan dalam jangka waktu satu tahun. Setiap bulannya akan ada 1 materi dan pengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari.
   Setelah ditunggu-tunggu akhirnya pembelajaran bunda sayang dimulai. Dan taraaa...inilah materi pertama dalam bunda sayang yaitu komunikasi produktif. Simak uraian berikut yak bun :-)

KOMUNIKASI PRODUKTIF

       Selisih paham sering kali muncul bukan karena isi percakapan melainkan dari cara penyampaiannya. Maka di tahap awal ini penting bagi kita untuk belajar cara berkomunikasi yang produktif,  agar tidak mengganggu hal penting yang ingin kita sampaikan,  baik kepada diri sendiri, kepada pasangan hidup kita dan anak-anak kita.

KOMUNIKASI DENGAN DIRI SENDIRI

Tantangan terbesar dalam komunikasi adalah mengubah pola komunikasi diri kita sendiri. Karena mungkin selama ini kita tidak menyadarinya bahwa komunikasi diri kita termasuk ranah komunikasi yang tidak produktif.

Kita mulai dari pemilihan kata yang kita gunakan sehari-hari.

_Kosakata kita adalah output dari struktur berpikir  dan cara kita berpikir_

Ketika kita selalu berpikir positif maka kata-kata yang keluar dari mulut kita juga kata-kata positif, demikian juga sebaliknya.

_Kata-kata anda itu membawa energi, maka pilihlah kata-kata anda_

Kata  masalah gantilah dengan tantangan
Kata Susah gantilah dengan Menarik
Kata Aku tidak tahu gantilah Ayo kita cari tahu

Ketika kita berbicara “masalah” kedua ujung bibir kita turun, bahu tertunduk, maka kita akan merasa semakin berat dan tidak bisa melihat solusi.
Tapi jika kita mengubahnya dengan “TANTANGAN”, kedua ujung bibir kita tertarik, bahu tegap, maka nalar kita akan bekerja mencari solusi.

_Pemilihan diksi (Kosa kata) adalah pencerminan diri kita yang sesungguhnya_

Pemilihan kata akan memberikan efek yang berbeda terhadap kinerja otak. Maka kita perlu berhati-hati dalam memilih kata supaya hidup lebih berenergi dan lebih bermakna. Jika diri kita masih sering berpikiran negatif, maka kemungkinan diksi (pilihan kata) kita juga kata-kata negatif, demikian juga sebaliknya.

KOMUNIKASI DENGAN PASANGAN

Ketika berkomunikasi dengan orang dewasa lain, maka awali dengan kesadaran bahwa “aku dan kamu” adalah 2 individu yang berbeda dan terima hal itu. Pasangan kita dilahirkaan oleh ayah ibu yang berbeda dengan kita, tumbuh dan berkembang pada lingkungan yang berbeda, belajar pada kelas yang berbeda, mengalami hal-hal yang berbeda dan banyak lagi hal lainnya. Maka sangat boleh jadi pasangan kita memiliki *_Frame of Reference (FoR)_* dan *_Frame of Experience (FoE)_* yang berbeda dengan kita.
FoR adalah cara pandang, keyakinan, konsep dan tatanilai yang dianut seseorang. Bisa berasal dari pendidikan ortu, bukubacaan, pergaulan, indoktrinasi dll.
FoE adalah serangkaian kejadian yang dialami seseorang, yang dapat membangun emosi dan sikap mental seseorang.
FoE dan FoR mempengaruhi persepsi seseorang terhadap suatu pesan/informasi yang datang kepadanya.
Jadi jika pasangan memiliki pendapat dan pandangan yang berbeda atas sesuatu, ya tidak apa-apa, karena FoE dan FoR nya memang berbeda.

Komunikasi dilakukan untuk *MEMBAGIKAN* yang kutahu kepadamu, sudut pandangku agar kau mengerti, dan demikian pula SEBALIKnya.
_Komunikasi yang baik akan membentuk FoE/FoR ku dan FoE/FoR mu ==> FoE/FoR KITA_
Sehingga ketika datang informasi akan dipahami secara sama antara kita dan pasangan kita, ketika kita menyampaikan sesuatu,  pasangan akan menerima pesan kita itu seperti yang kita inginkan.

Komunikasi menjadi bermasalah ketika menjadi *MEMAKSAKAN* pendapatku kepadamu, harus kau pakai sudut pandangku dan singkirkan sudut pandangmu.
Pada diri seseorang ada komponen NALAR dan EMOSI; *_bila Nalar panjang - Emosi kecil; bila Nalar pendek - Emosi tinggi_*
Komunikasi antara 2 orang dewasa berpijak pada Nalar. Komunikasi yang sarat dengan aspek emosi terjadi pada anak-anak atau orang yang sudah tua. Maka bila Anda dan pasangan masih masuk kategori Dewasa --sudah bukan anak-anak dan belum tua sekali-- maka selayaknya mengedepankan Nalar daripada emosi, dasarkan pada fakta/data dan untuk problem solving. Bila Emosi anda dan pasangan sedang tinggi, jeda sejenak, redakan dulu ==> agar Nalar anda dan pasangan bisa berfungsi kembali dengan baik.
Ketika Emosi berada di puncak amarah (artinya Nalar berada di titik terendahnya) sesungguhnya TIDAK ADA komunikasi disana, tidak ada sesuatu yang dibagikan; yang ada hanya suara yang bersahut-sahutan, saling tindih berebut benar.
Ada beberapa kaidah yang dapat membantu meningkatkan efektivitas dan produktivitas komunikasi Anda dan pasangan:
1. Kaidah 2C: Clear and Clarify
Susunlah pesan yang ingin Anda sampaikan dengan kalimat yang jelas (clear) sehingga mudah dipahami pasangan. Gunakan bahasa yang baik dan nyaman bagi kedua belah pihak. Berikan kesempatan kepada pasangan untuk bertanya, mengklarifikasi (clarify) bila ada hal-hal yang tidak dipahaminya.

2. Choose the Right Time
Pilihlah waktu dan suasana yang nyaman untuk menyampaikan pesan. Anda yang paling tahu tentang hal ini. Meski demikian tidak ada salahnya bertanya kepada pasangan waktu yang nyaman baginya berkomunikasi dengan anda, suasana yang diinginkannya, dll.

3. Kaidah 7-38-55
Albert Mehrabian menyampaikan bahwa pada komunikasi yang terkait dengan perasaan dan sikap (feeling and attitude) aspek verbal (kata-kata) itu hanya 7% memberikan dampak pada hasil komunikasi. Komponen yang lebih besar mempengaruhi hasil komunikasi adalah intonasi suara (38%) dan bahasa tubuh (55%).
Anda tentu sudah paham mengenai hal ini. Bila pasangan anda mengatakan "Aku jujur. Sumpah berani mati!" namun matanya kesana-kemari tak berani menatap Anda, nada bicaranya mengambang maka pesan apa yang Anda tangkap? Kata-kata atau bahasa tubuh dan intonasi yang lebih Anda percayai?
Nah, demikian pula pasangan dalam menilai pesan yang Anda sampaikan, mereka akan menilai kesesuaian kata-kata, intonasi dan bahasa tubuh Anda.

4. Intensity of Eye Contact
Pepatah mengatakan _mata adalah jendela hati_
Pada saat berkomunikasi tataplah mata pasangan dengan lembut, itu akan memberikan kesan bahwa Anda terbuka, jujur, tak ada yang ditutupi. Disisi lain, dengan menatap matanya Anda juga dapat mengetahui apakah pasangan jujur, mengatakan apa adanya dan tak menutupi sesuatu apapun.

5. Kaidah: I'm responsible for my communication results
Hasil dari komunikasi adalah tanggung jawab komunikator, si pemberi pesan. Jika si penerima pesan tidak paham atau salah memahami, jangan salahkan ia, cari cara yang lain dan gunakan bahasa yang dipahaminya.
Perhatikan senantiasa responnya dari waktu ke waktu agar Anda dapat segera mengubah strategi dan cara komunikasi bilamana diperlukan. Keterlambatan memahami respon dapat berakibat timbulnya rasa jengkel pada salah satu pihak atau bahkan keduanya.

KOMUNIKASI DENGAN ANAK

Anak –anak itu memiliki gaya komunikasi yang unik.
_Mungkin mereka tidak memahami perkataan kita, tetapi mereka tidak pernah salah meng copy_
Sehingga gaya komunikasi anak-anak kita itu bisa menjadi cerminan gaya komunikasi orangtuanya. Maka kitalah yang harus belajar gaya komunikasi yang produktif dan efektif. Bukan kita yang memaksa anak-anak untuk memahami gaya komunikasi orangtuanya.
Kita pernah menjadi anak-anak, tetapi anak-anak belum pernah menjadi orangtua, sehingga sudah sangat wajar kalau kita yang harus memahami mereka.
Bagaimana Caranya ?
a. Keep Information Short & Simple (KISS)
Gunakan kalimat tunggal, bukan kalimat majemuk
⛔Kalimat tidak produktif :
“Nak, tolong setelah mandi handuknya langsung dijemur kemudian taruh baju kotor di mesin cuci ya, sisirlah rambutmu, dan jangan lupa rapikan tempat tidurmu.
✅Kalimat Produktif :
“Nak, setelah mandi handuknya langsung dijemur ya”  ( biarkan aktivitas ini selesai dilakukan anak, baru anda berikan informasi yang lain)

b. Kendalikan intonasi suara dan gunakan suara ramah
Masih ingat dengan rumus 7-38-55 ? selama ini kita sering menggunakan suara saja ketika berbicara ke anak, yang ternyata hanya 7% mempengaruhi keberhasilan komunikasi kita ke anak. 38% dipengaruhi intonasi suara dan 55% dipengaruhi bahasa tubuh
⛔Kalimat tidak produktif:
“Ambilkan buku itu !” ( tanpa senyum, tanpa menatap wajahnya)
✅Kalimat Produktif :
“Nak, tolong ambilkan buku itu ya” (suara lembut , tersenyum, menatap wajahnya)
Hasil perintah pada poin 1 dengan 2 akan berbeda. Pada poin 1, anak akan mengambilkan buku dengan cemberut. Sedangkan poin 2, anak akan mengambilkan buku senang hati.

c.  Katakan apa yang kita inginkan, bukan yang tidak kita inginkan
⛔Kalimat tidak produktif :
“Nak, Ibu tidak ingin kamu ngegame terus sampai lupa sholat, lupa belajar !”
✅Kalimat produktif :
“Nak, Ibu ingin kamu sholat tepat waktu dan rajin belajar”

d.  Fokus ke depan, bukan masa lalu
⛔Kalimat tidak produktif :
“Nilai matematikamu jelek sekali,Cuma dapat 6! Itu kan gara-gara kamu ngegame terus,sampai lupa waktu,lupa belajar, lupa PR. Ibu juga bilang apa. Makanya nurut sama Ibu biar nilai tidak jeblok. Kamu sih nggak mau belajar sungguh-sungguh, Ibu jengkel!”
✅Kalimat produktif :
“Ibu lihat nilai rapotmu, hasilnya tidak sesuai dengan yang diharapkan, ada yang bisa ibu bantu? Sehingga kamu bisa mengubah strategi belajar menjadi lebih baik lagi”

e. Ganti kata ‘TIDAK BISA” menjadi “BISA”
Otak kita akan bekerja seseai kosa kata. Jika kita mengatakan “tidak bisa” maka otak akan bekerja mengumpulkan data-data pendukung faktor ketidakbisaan tersebut. Setelah semua data faktor penyebab ketidakbisaan kita terkumpul , maka kita malas mengerjakan hal tersebut yang pada akhirnya menyebabkan ketidakbisaan sesungguhnya. Begitu pula dengan kata “BISA” akan membukakan jalan otak untuk mencari faktor-faktor penyebab bisa tersebut, pada akhirnya kita BISA menjalankannya.

f. Fokus pada solusi bukan pada masalah
⛔Kalimat tidak produktif :
“Kamu itu memang tidak pernah hati-hati, sudah berulangkali ibu ingatkan, kembalikan mainan pada tempatnya, tidak juga dikembalikan, sekarang hilang lagi kan, rasain sendiri!”
✅Kalimat produktif:
“ Ibu sudah ingatkan cara mengembalikan mainan pada tempatnya, sekarang kita belajar memasukkan setiap kategori mainan dalam satu tempat. Kamu boleh ambil mainan di kotak lain, dengan syarat masukkan mainan sebelumnya pada kotaknya terlebih dahulu”.

g. Jelas dalam memberikan pujian dan kritikan
Berikanlah pujian dan kritikan dengan menyebutkan perbuatan/sikap apa saja yang perlu dipuji dan yang perlu dikritik. Bukan hanya sekedar memberikan kata pujian dan asal kritik saja. Sehingga kita mengkritik sikap/perbuatannya bukan mengkritik pribadi anak tersebut.
⛔Pujian/Kritikan tidak produktif:
“Waah anak hebat, keren banget sih”
“Aduuh, nyebelin banget sih kamu”
✅Pujian/Kritikan produktif:
“Mas, caramu menyambut tamu Bapak/Ibu tadi pagi keren banget, sangat beradab, terima kasih ya nak”
“Kak, bahasa tubuhmu saat kita berbincang-bincang dengan tamu Bapak/Ibu tadi sungguh sangat mengganggu, bisakah kamu perbaiki lagi?”

h. Gantilah nasihat menjadi refleksi pengalaman
⛔Kalimat Tidak Produktif:
“Makanya jadi anak jangan malas, malam saat mau tidur, siapkan apa yang harus kamu bawa, sehingga pagi tinggal berangkat”
✅Kalimat Produktif:
“Ibu dulu pernah merasakan tertinggal barang yang sangat penting seperti kamu saat ini, rasanya sedih dan kecewa banget, makanya ibu selalu mempersiapkan segala sesuatunya di malam hari menjelang tidur.

I. Gantilah kalimat interogasi dengan pernyataan observasi
⛔Kalimat tidak produktif :
“Belajar apa hari ini di sekolah? Main apa saja tadi di sekolah?
✅Kalimat produktif :
“ Ibu lihat matamu berbinar sekali hari ini,sepertinya  bahagia sekali di sekolah,  boleh berbagi kebahagiaan dengan ibu?”

j. Ganti kalimat yang Menolak/Mengalihkan perasaan dengan kalimat yang menunjukkan empati
⛔Kalimat tidak produktif :
"Masa sih cuma jalan segitu aja capek?"
✅kalimat produktif :
kakak capek ya? Apa yang paling membuatmu lelah dari perjalanan kita hari ini?

k. Ganti perintah dengan pilihan
⛔kalimat tidak produktif :
“ Mandi sekarang ya kak!”
✅Kalimat produktif :
“Kak 30 menit  lagi kita akan berangkat, mau melanjutkan main 5 menit lagi,  baru mandi, atau mandi sekarang, kemudian bisa melanjutkan main sampai kita semua siap berangkat


Salam Ibu Profesional,


/Tim Bunda Sayang IIP/

Sumber bacaan:
_Albert Mehrabian, Silent Message : Implicit Communication of Emotions and attitudes, e book, paperback,2000_
_Dodik mariyanto, Padepokan Margosari : Komunikasi Pasangan, artikel, 2015_
_Institut Ibu Profesional, Bunda Sayang : Komunikasi Produktif, Gaza Media, 2014_
_Hasil wawancara dengan Septi Peni Wulandani tentang pola komunikasi di Padepokan Margosari_

Scale Up Impact

Assalamu'alaikum Ibu Pembaharu... Pekan kemarin merupakan pekan terakhir perkuliahan di bunsal. Hampir 6 bulan menjalani perkuliahan ini...